Judul : Teknologi Industri Media
&Perubahan Sosial
Editor : Muslimin M. dan Frida
Kusumastuti
Penerbit : Sosiologi Komunikasi Pascasarjana
UMM dan Buku Litera
Cetakan
I : 2010
Tebal : 164 halaman
Peresensi : Muhammad Rajab*
Kehadiran
media massa di tengah-tengah masyarakat sedikit banyak telah membuka mata
masyarakat untuk melihat sebuah realitas sosial. Mulai keadaan sosial yang
“putih” ataupun yang “hitam”. Dalam hal ini media sebagai fasilitator antara
dua hal, yaitu sebuah peristiwa sebagai sebuah fakta dan masyarakat sebagai
penerima kabar tentang peristiwa tersebut.
Dalam
pengantar buku ini, Rohman Budijanto menjelaskan bahwa media ada kemiripan dengan
nabi dan dukun. Salah satu sebutan nabi adalah the messenger, sang
pembawa pesan (banyak media berbahasa Inggris yang memakai nama “messenger”).
Sedangkan dukun disebut sebagai medium, yang akar katanya sama dengan
media. Media, nabi, dan dukun sama-sama sebagai perantara. Nabi memerantai
manusia dengan Tuhan. Dukun memerantai kliennya dengan dunia ghaib, misalnya,
mengaku bisa berkomunikasi dengan roh keluarga kliennya (atau “korbannya”).
Sedangkan media menjadi perantara yang menyampaikan kabar sebuah diskripsi
peristiwa atau pendapat sumber berita kepada orang lain. Kalau media personal
seperti surat, menjadi perantara antarindividu. Sedangkan media massa menjadi
perantara antara individu denga khalayak atau khalayak denga khalayak. (hal. vii)
Buku
ini merupakan sebuah analisis terhadap peran media massa terhadap perubahan
masyarakat. Baik dalam dimensi sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. Hal ini
melihat perkembangan teknologi media yang semakin pesat. Tidak hanya degan koran
atau media cetak lainnya, tapi sekrang hadir teknologi media informasi yang
lebih canggih yaitu internet. Berbagai macam informasi bisa didapatkan melalui
internet, bahkan ruang lingkup privasi pun bisa dijangkau dengan adanya media
yang satu ini.
Perkembangan
teknologi informasi tersebut bisa menghadirkan dampak yang signifikan terhadap
masyarakat. Mc Luhan (1994) menguraikan bahwa teknologi media modern memberikan
dampak fundamental terhadap indra dan daya kognitif manusia. Bahkan dengan
keberadaan teknologi media modern melahirkan kultur baru yang didominasi oleh
indra visual atau penglihatan manusia. Perkembangan teknologi media elektronik
modern misalnya telah menyatukan individu dalam sebuah jaringan komunikasi yang
lebih bersifat instan yang disebut global village (desa global).
Teknologi
dunia modern terutama televisi dan internet menyebabkan tidak jelasnya
batas-batas geografi dan budaya
masyarakat antara suatu negara dengan negara lainnya. Bahkan kondisi semacam
ini menciptakan masyarakat pengguna berada dalam suatu keadaan “hyper-relitas”
baru yang terintegrasi secara maya.
Dengan
posisi media seperti ini, dalam perkembangannya media massa diberi pemandu agar
kedudukannya mulia. Pemandu itu bisa berupa kode etik atau sanksi hukum. Media
diberi mahkota berupa rambu panduan itu agar mencapai kedudukan terhormat.
Kalau tidak seperti nabi, setidaknya tidak tergelincir menjadi dukun yang penuh
spekulasi, penipuan dan kebohongan. Media massa diberi tugas untuk mengontrol
agar semuanya bisa diatur dengan akal sehat. Jika tidak , maka media akan
mempunyai dampak buruk dan menjadi “kambing hitam” semua sebab di tengah-tengah
masyarakat.
Misalnya,
dalam pembahasan Kapitalisme Media dan Budaya Pop,di dalam buku ini
dijelaskan, bahwa sebenarnya peran media memiliki empat fungsi yakni
menyampaikan informasi, alat edukasi atau pendidikan, menjadi kontrol sosial
serta sarana hiburan atau entertainment. Namun karena Undang-Undang
mengisayaratkan media massa juga berfungsi sebagai alat ekonomi, telah membuat
media tampil sebagai alat mencari keuntungan. Dari itu maka bisnis media cukup
padat modal, telah membuat mereka yang memiliki modal kuat yang akhirnya mampu
bermain di media, dan tidak bisa dipungkiri para pemodal atau pemilik
media akan mencari keuntungan. (hal. 51)
Pedang Bermata Dua
Dengan
pesatnya media informasi yang ada, baik cetak maupun elektronik menjadikan
masyarakat semakin bebas dan luas dalam mengakses informasi apapun. Kini
kebebasan informasi tersebut sudah menjadi bah. Maknanya seperti pedang bermata
dua, yakni bisa membawa “kesuburan” bagi kemanusiaan, kalau kita bisa
memanfaatkannya sebagai sumber informasi dan peluang-peluang baru. Sebaliknya
kalau kita tidak bisa mengendalikan diri, kita bisa tenggelam dalam hal-hal
yang tidak bermanfaat dan bahkan merugikan seperti pornografi, gossip, teori
konspirasi, adu mulut dan segala sampah informasi lain.
Sekarang
kian nyaring suara-suara cemas, bahwa anak-anak kita, juga kita sendiri, bisa
terpapar dampak negatif kebebasan informasi. Di sisi lain menolak reflek
menolak pembatasan informasi juga muncul sama kuatnya, ketika ada usulan untuk
menyensor “dunia hitam” dalam lembar-lembar informasi publik. Kita yang sudah
lama terbelenggu rezim Orde Baru sangat sensitif terhadap segala jenis
pembatasan.
Untuk
mengetahui lebih jelas lagi mengenai peran media dan segala konsekuensinya
dalam kehidupan sosial. Pembaca bisa menelaah lebih mendalam tentang peran
media dalam perubahan sosial di buku ini. Yang pada intinya buku yang ditulis
secara kolektif ini merupakan sebuah sajian yang menarik untuk dikaji secara
kritis, khususnya oleh kaum akademisi yang konsentrasi dalam kajian sosiologi
komunikasi.
*MUHAMMAD RAJAB
Redaktur Koran Kampus Bestari dan Aktivis IMM
FAI Unmuh Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kOMENTAR ANDA