“Kebahagiaan Anda adalah ketika sifat-sifat baik yang
ada dalam diri Anda bisa mengalahkan dan lebih menonjol dari pada yang buruk.”
(Aidh Al-Qorni)
Hidup antara sesama manusia
mempunyai hak dan kewajiban. Orang lain mempunyai hak dan kewajiban atas kita.
Begitu juga sebaliknya kita punya hak dan kewajiban atas orang lain. Hak dan
kewajiban tersebut harus dipenuhi sebagai bukti kecintaan kita kepada sesama.
Rasulullah SAW bersabda:
حق المسلم على المسلم
خمس : رد السلام وعيادة المريض واتباع الجنائز وإجابة الدعوة وتشميت العاطس[1]
“Hak
seorang muslim terhdap muslim lainnnya ada lima, menjawab salam, menjenguknya
ketika sakit, mengikuti jenazahnya, memenuhi undangannya (panggilannya), dan
membalasnya ketika bersin (dengan mengucapkan ‘yarhamukallah’)”.
1. Menjawab Salam
Di antara hak dan kewajiban tersebut
sebagaimana dalam hadits adalah menjawab salam. Adapun menyampaikan salam hukumnya sunnah, sedangkan menjawabnya adalah
wajib. Selain menjawab salam itu wajib, hal itu sebagai bukti balasan atas doa
yang telah diberikan kepada kita. Maka seharusnyalah kita untuk membalas doa
tersebut
Allah
SWT berfirman:
“Apabila
kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan
segala sesuatu.”[2]
Menjawab salam dalam arti yang lebih
luas adalah menebarkan kedamaian kepada teman.
2. Menjenguknya Ketika Sakit
Pernahkah Anda merasakan sakit?, Apa
yang Anda rasakan saat Anda sakit ternyata tak ada seorang pun yang datang
menjenguknya? Mungkin yang Anda rasakan saat itu adalah kesedihan dan
kenestapaan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya agar menjenguk orang
sakit. Selain karena kewajiban, menjenguk teman yang sedang sakit akan
memperkokoh tali persahabatan.
Pada
suatu hari Rasulullah SAW pergi ke masjid, kemudian di tengah perjalanan beliau
diludahi oleh salah seorang bangsa Quraisy. Hari kedua pun sama, Rasulullah
diludahi orang yang sama. Hingga pada suatu hari Rasulullah lewat seperti
semula di jalan yang biasa beliau lewati, namun tak ada lagi orang yang
meludahi beliau.
Kemudian
beliau bertanya kepada sahabatnya, ke mana orang yang sering meludahiku setiap
aku hendak pergi ke masjid? Ternyata orang tersebut sakit, sehingga tidak dapat
lagi meludahi Rasulullah SAW. Apa yang beliau lakukan saat itu?. Beliau
langsung menjenguknya. Melihat Nabi menjenguknya akhirnya orang tersebut masuk
Islam.
Bisa kita bayangkan, orang telah
berbuat kejam sekalipun harus kita jenguk ketika dia sakit. Demikianlah
keramahan Islam yang ditawarkan. Maka dari itu, ketika ada sahabat kita yang
sakit, jenguklah ia walaupun tidak membawa apa-apa. Hiburlah ia supaya dia
senang dan tenang, doakan supaya dia cepat sembuh. Setidak-tidaknya, kedatangan
kita akan meringankan beban sikologinya.
3. Mengantarkan Jenazahnya
Sebagai
salah satu penghormatan kita terhadap saudara kita adalah mengantarkan
jenazahnya apabila sahabat dan saudara kita meninggal dunia. Dan hal ini juga
sudah merupakan kewajiban oleh seorang muslim. Jadi ketika ada orang muslim
yang meninggal dunia kewajiban saudaranya adalah memandikan, mengkafani,
menyolatkan dan mengantarkan jenazahnya ke kuburan.
من
شهد الجنازة حتى يصلى عليها فله قيراط ومن شهدها حتى تدفن فله قيراطان قيل وما
القيراطان ؟ قال مثل الجبلين العظيمين[3]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Barang
siapa yang mengikuti jenazah hingga dishalatkan maka baginya (pahala) satu
qiroth. Dan barang siapa mengikutinya sampai dikuburkan maka baginya (pahala)
dua qiroth, kemudian beliau ditanya, satu dua qirath itu seperti apa?. Beliau
menjawab, seperti dua gunung besar.
4. Memenuhi undangannya
Menurut Sayyid Sabiq, hukum memenuhi undangan walimah
‘urs adalah wajib. Karena dengan kehadiran kita dalam suatu walimah
menunjukkan adanya ihtimam (perhatian) kita terhadap yang mengundang.
Selain itu juga, akan menimbulkan kesenangan tersendiri dalam hati orang yang
mengundang. Akan tetapi jika undangan tersbut sifatnya umum, dan tidak
dikhususkan pada orang tertentu, maka mendatanginya tidak wajib dan tidak pula
disunnahkan[4]
Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda:
من دعي إلى وليمة فلم يجب فقد
عصى الله ورسوله[5]
“Dan
barang siapa yang tidak menghadiri undangan, maka dia telah bermaksiat kepada
Allah dan Rasulnya”.
5. Mendoakan Ketika Bersin
Ketika ada saudara kita yang bersin
dan dia mengucapkan “alhamdulillah”, maka hendaknya kita sebagai muslim untuk
mendoakannya supaya mendapatkan rahmat dari Allah SWT dengan mengucapkan “yarhamukallah”
(semoga Allah SWT merahmatimu).
Akan
tetapi, jika ia tidak mengucapkan “alhamdulillah” ketika bersin, maka
tidak dianjurkan untuk menjawabnya dengan mngucapkan “yarhamukallah”.
Dari Abu Musa ra. berkata, saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إذا عطس أحدكم فحمد الله
فشمتوه فإن لم يحمد الله فلا تشمتوه[6]
“Jika
salah seorang di antara kalian bersin, kemudian memuji Allah (dengan
mengucapkan alhamdulillah), maka balaslah dia (dengan mengucapkan
yarhamukallah). Akan tetapi jika tidak memuji Allah maka janganlah engkau
membalasnya”.
Itulah hak-hak dan kewajiban dalam
bersaudara yang telah disebutkan oleh hadits Nabi. Sedangkan Al-Ghazali
mengatakan, ada beberapa pesan beliau tentang kewajiban yang seharusnya
dipenuhi dalam bersahabat, yaitu:
1. Membantu keuangan sahabat meskipun engkau lebih membutuhkannya.
Jika tak mungkin, bantulah sahabatmu dengan kelebihan kekayaanmu ketika ia
membutuhkan. Membantunya segera sebelum ia meminta bantuanmu.
2. Menyembunyikan rahasia-rahasia dan aibnya.
3. Tidak menyampaikan cercaan orang kepadanya, sehingga dengan
demikian ia menjadi sedih. Tapi sampaikanlah kepadanya pujian orang terhadapnya
agar dia merasa senang dan bahagia.
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian apabila ia berbicara.
5. Memanggilnya dengan panggilan yang disenanginya, memuji kebajikan-kebajikannya
dan berterima kasih atas kebaikannya.
6. Membelanya ketika ia jauh dari dirimu, seperti engkau membela
dirinya sendiri ketika ada yang mencercamu.
7. Menegur dan menasehatinya dengan baik apabila ia salah.
8. Memaafkan kesalahan-kesalahannya dan tidak menyalahkannya.
9. Mendoakannya baik di kala masih hidup atau telah wafat.
10. Menjaga istri dan kerabatnya sepeninggalnya.
11. Memilihkan hal-hal yang menyenangkan baginya.
12. Menyenangkan hatinya dengan cara menghilankan hal-hal yng
membuatnya sedih.
13. Menunjukkan rasa senang ketika ia senang, menunjukkan rasa sedih
ketika ia sedih.
14. Memberi salam terlebih dahulu ketika bertemu dengannya.
Menyambutnya ketika ia mendatangimu. Intinya menurut beliau adalah bersikaplah
terhadap sahabatmu sebagaimana engkau bersikap terhadap dirimu sendiri.[7]
[1]
Muhammad bin Hibban bin Ahmad Abu Hatim
At-Tamimi, Shohih Ibnu Hibban Bitartib Ibnu Balban Vol. 1, (Beirut:
Muassasah Al-Risalah, 1993), hadits no. 241/hal.476
[2]
Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 86
[3]
Muslim bin Al-Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairy , Shahih Muslim Vol. 2,
(Beirut: Dar Ihya’ Turats Al-Arabi), hadits no. 945/hal. 652
[4]
Ibid, hal. 202
[5]
Abul Qosim Sulaiman bin Ahmad At-Thabrani, Mu’jamul Ausath Vol. 7, (Qohirah:
Dar Al-Haramain, 1415H), hadits no. 7505/hal. 284.
[6]
Muslim bin Al-Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairy , Op.Cit.,Vol. 4, hadits no. 2992/hal. 2292
[7]
Al-Ghazali, Menjelang Hidayah, terjemah Al-Bidayatul Hidayah, (Bandung:
Mizan, 1992), hal. 134-135
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kOMENTAR ANDA