Dimuat di Rimanews.com, 22/06/2012
Judul buku : Masa Depan Tuhan; Sanggahan terhadap
Fundamentalisme dan Ateisme
Penulis : Karen Amstrong
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Cetakan I : Mei 2011
Tebal : 608 halaman
Persensi : Muhammad Rajab, Penikmat Buku
dan Penggiat Kajian di PSIF Unmuh Malang
Perbincangan
seputar ketuhanan dan agama selalu menjadi topik menarik bagi kaum pemikir
agama. Pembahasan tentangnya selalu hangat sepanjang masa. Karena Tuhan dan
agama adalah satu kesatuan yang selalu mengiringi dan mendampingi perjalanan
hidup manusia dari awal lahirnya manusia hingga akhir zaman nanti.
Setelah
melacak persepsi manusia tentang Sang Pencipta dalam buku Sejarah Tuhan, kini
Karen Amstrong mengkaji masa depannya. Dalam buku ini, Karen Amstrong menunjukkan
pembelaan terhadap Tuhan dan agama menentang fundamentalisme dan ateisme.
Di
berbagai penjuru dunia, agama sedang mengalami kebangkitan. Dampaknya dapat
terasa di berbagai aspek seprti politik, sosial, dan ekonomi. Namun, pada saat
yang sama, skeptisisme dan nihilisme terhadap Tuhan dan agama pun terasa
meningkat sebagai respon atas perkembangan tersebut. Dalam buku ini Karen
Amtrong tampil lebih tegas mendukung agama dari serangan bertubi-tubi fundamentalisme maupun pemikir ateisme
semacam Richard Dawkins, Cristopher Hitchens, dan Sam Harris.
Pada bagian pertama buku Masa
Depan Tuhan ini, mantan Biarawati ini mencoba menunjukkan bagaimana orang-orang
berpikir tentang Tuhan di dunia pramodern dengan cara member kejelasan tentang
beberapa isu yang kini dirasa orang-orang bermasalah –kitab suci, inspirasi,
penciptaan, mukjizat, wahyu, iman,
kepercayaan, dan misteri– dan juga menunjukkan bagaimana agama menjadi kacau.
Sedangkan pada bagian kedua buku ini
Amtrong berusaha menelusuri kebangkitan “Tuhan modern”, yang menggulingkan
begitu banyak persangkaan agama tradisional. Akan tetapi di dalam buku ini
penulis menegaskan bahwa ia akan menitikberatkan uraiannya pada Kristen, sebab
itu merupakan tradisi yang paling terkena dampak bangkitnya modernitas ilmiyah
dan juga yang dihantam pukulan keras dari serangan ateistik baru. (hlm. 23)
Lebih jauh ia menekankan pada tema dan tradisi yang berbicara secara langsung
tentang masalah-masalah religious kontemporer kita.
Menurut Amtrong, agama itu kompleks;
dalam setiap zaman itu terdapat sejumlah aliran kesalehan. Tidak ada satu
kecenderungan yang pernah berlaku sepanjang zaman. Orang mengamalkan agama
mereka dalam beraneka ragam cara yang berbeda dan kontradiktif. Tetapi sikap
diam yang khidmat dan berprinsip mengenai Tuhan dan atau yang suci merupakan
tema yang konstan tidak hanya dalam kekristenan, tetapi juga dalam tradisi iman
besar lainnya sampai kebangkitan modernitas di Barat. (hlm. 23)
Orang percaya bahwa Tuhan melampau
pemikiran dan konsep kita dan hanya dapat diketahui melalui amalan yang tekun.
Menurut Amtrong kita telah kehilangan wawasan tentang hal yang penting ini, dan
dia yakin bahwa ini adalah salah satu alasan mengapa begitu banyak orang Barat
mendapati begitu sukar konsep Tuhan belakangan ini. Oleh karena itu Amtrong
memberikan perhatian khusus pada disiplin yang terabaikan ini dengan harapan
akan member I perspektif baru tenga keadaan saat ini.
Di dalam buku ini ditegaskan, bahwa
walaupun begitu banyak orang yang bersikap bermusuhan pada agama, dunia saat
ini tetap mengalami kebangkitan agama. Bertentangan dengan ramalan penuh
keyakinan dari para sekularis pertengahan abad ke-20, agama tidak akan lenyap.
Tetapi jika ia tenggelam ke dalam sikap kekerasan dan tidak toleran yang selalu
melekat tidak hanya dalam monoteisme, tetapi juga dalam etos ilmiah modern,
religiusitas baru ini akan menjadi “tidak terampil”. (hlm. 24)
Pendek kata, lewat buku setebal 608
ini Amtrong ingin menyadarkan kepada umat manusia bahwa keberadaan Tuhan dan
agama merupakan sesuatu yang harus diyakini secara komprehensif. Tidak hanya
terampil dalam rumah-rumah ibadah, tapi betul-betul nampak dalam konteks
kehidupan sosial masyarakat untuk menebarkan perdamaian di tengah-tengah mereka.
Selain itu, penulis lewat buku ini juga telah membuktikan bahwa ateisme
benar-benar telah meleburkan diri pada nihilisme belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kOMENTAR ANDA