Judul
buku : Cheng Ho; Penyebar Islam
dari China ke Nusantara
Penulis :
Tan Ta Sen
Penerbit : Buku Kompas
Cetakan
I : Juni 2010
Tebal : xxii+460 halaman
ISBN : 978-979-709-492-8
Dalam buku ini Tan Ta
Sen berusaha meneguhkan teori “gelombang ketiga” dalam sejarah penyebaran Islam
di kawasan Asia Tenggara. Setelah berlangsungnya dua gelombang pengaruh Islam
yang datang melalui jalur perdagangan dari Gujarat (India) dan Timur Tengah,
kemudian terjadi pula “Gelombang Cina” yang juga merupakan arus besar
penyebaran Islam ke Asia Tenggara, termasuk kepulauan Nusantara.
Tokoh Cina yang
melakukan penyebaran Islam di Nusantara adalah laksamana Cheng Ho. Dialah
laksamana laut muslim pada Dinasti Ming (1368-1644) yang selama 27 tahun
(1405-1433) telah memimpin tujuh pelayaran ke selatan dan mengunjungi banyak negara
serta wilayah. Tokoh yang setia menemani Cheng Ho di tiga dari tujuh pelayaran
yang dilakukannya adalah Ma Huan. Ia mencatat banyak hal dari pelayaran Cheng
Ho. Bahkan tulisannya dijadikan sebuah jurnal yang diberi judul Yiangyai
Shnglan.
Ma Huan menulis, bahwa
Cheng Ho telah lima kali mengunjungi Nusantara dan singgah di Sumatera dan Jawa.
Lokasi di kedua pulau yang dikunjunginya
antara lain Samudera Pasai (Aceh sekarang), Palembang, Semarang dan
Cirebon. Cheng Ho bukan hanya memamerkan keperkasaan militer kaisar dinasti
Ming, menunjukkan keluhuran kebudayaan Cina, dan menata kembali hubungan
militer yang terputus dengan negara-negara di wilayah selatan menjelang
runtuhnya Dinasti Mongol. Akan tetapi Cheng Ho juga berperan penting dalam
menyebarkan agama Islam di berbagai kawasan yang dikunjunginya itu.
Ekspedisi-ekspedisi
Cheng Ho ke kepulauan Melayu menemukan sejumlah pemukiman orang Cina di jawa
dan Sumatera. Hal demikian mengandung nilai sejarah yang sangat penting, baik
dalam sejarah Cina maupun Asia Tenggara. Itu memberikan dimensi politik budaya
baru dan perspektif baru dalam bagi misi-misi diplomasi dan perdagangan Cheng
Ho. Hal ini memiliki dampak langsung pada masyarakat Cina perantauan di
Indonesia dan juga terhadap penyebaran Islam di Jawa melalui orang muslim Cina
di sana. (hal. 254)
Kontak Budaya
Buku yang ditulis oleh
Presiden Internasional Zheng He Society dan juag Direktur Cheng Ho Museum
Cultural Museum Malaka ini menghadirkan bukti-bukti sejarah yang menguatkan
teori “gelombang ketiga” itu. Cheng Ho
telah meninggalkan warisan abadi berupa pertukaran budaya lintas-benua antara
Timur dan Barat.
Ekspedisi-ekspedisnya
telah memperluas dan memperdalam kontak budaya antar budaya serta intra
regional di Asia. Sejumlah besar laporan
tangan pertama tentang misi-misi Cheng Ho tersedia dalam kronik-kronik Cina,
Jepang, dan Jawa yang menekankan pentingnya ekspedisi-ekspedisi itu, dan
membangkitkan perhatian luar biasa di berbagai penjuru Asia.
Cheng Ho ahli dalam
memperbaharui dan membangun masjid dan kelenteng-kelenteng. Dia yang
bertanggung jawab atas rekontruksi Pagoda Opaque dan Kuil Da Baoan Budhis di
Nanjing, renovasi masjid Jingjue di Nanjing, masjid Qinjing di Xian dan
kelenteng Mazu di Quanzhou. Cheng Ho membangun banyak masjid di Semarang, Ancol,
Tuban Gresik, Cirebon, dan lain-lain untuk menumbuhkan komunitas-komunitas Cina
muslim madzhab Hanafi di Jawa. Meskipun masjid-masjid kuno yang dibangun Cheng
Ho di Jawa itu mungkin telah hancur dan direnovasi, karya-karya yang
dirintisnya pasti mempengaruhi para perancang dan pengembang berikutnya. Sebab
itu, bekas-bekas pengaruh arsitektur Cina pada bangunan-bangunan religius lokal
di tempat-tempat yang pernah dikunjungi Cheng Ho masih tampak jelas. (hal.280)
Buku ini mempunyai dua
ciri khas yang membedakannya dengan buku atau artikel yang pernah terbit di
negeri ini mengenai peraan Cheng Ho dalam proses islamisasi di Nusantara.
Pertama, ia telah memperkuat asumsi tentang adanya arus Cina dalam proses
islamisasi di Asia Tenggara, khususnya di Kepulauan Nusantara dengan didasarkan
kepada bukti-bukti yang dapat diterima secara ilmiah.
Kekuatan buku utama
dari buku yang berasal dari disertasi yang dipertahankan di hadapan dewan
penguji Universitas Indonesia ini, terletak pada pembacaan atas naskah-naskah
kuno yang ditinggalkan oleh dinasti yang pernah memerintah daratan Tiongkok,
khususnya kekaisaran Ming. Di antara naskah-naskah kuno yang ditelusuri dan
dikaji secara kritis oleh Tan Ta Sen adalah Mingshi (Sejarah Dinasti
Ming), Mingshi Lu (Sejarah Sejati Dinasti Ming), Yingyai Shenglan,
Xingxia Shenglan (Survei tentang Negara-Negara di Bawah Bintang), Xiyang
Fanguozi (Catatan tentang Negara-Negara Asing) dan lain-lain.
Kedua, Tan Ta Sen telah
memperkuat asumsi, dengan didasarkan pada penelitian atas bukti-bukti tertulis,
mengenai adanya “arus ketiga” dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
Selama ini mungkin kita baru mengenal tentang dua arus utama, yakni arus India
(Gujarat) dan Arab.
Untuk memperkuat
argumennya, Tan Ta Sen menghadirkan bukti-bukti berupa gambar-gambar bangunan
bersejarah, seperti masjid-masjid berarsitektur Cina, batu-batu nisan, ornamen-ornamen
Tam Sam Cai, dan keramik-keramik Dinasti Ming era Cheng Ho untuk wadah
air suci di masjid-masjid tua Indonesia. Hal ini memberikan nilai tambah
tersendiri bagi buku ini untuk memperkuat keabsahan ilmiahnya
.
*Peresensi adalah
Penikmat Buku dan Penggiat Kajian di Pusat Studi
Islam dan Filsafat (PSiF) Unmuh Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kOMENTAR ANDA