Kamis, 02 Juli 2009

Membangun Kembali Peradaban Islam yang Hilang

Oleh: Muhammad. Rajab*
Dimuat di Opini Harian Suara Karya, Jum'at 03 Juli 09

Kata peradaban (al-hadharat, civilisation) seringkali diidentikkan dengan kata kebudayaan (al-tsaqafah, culture). Meskipun sementara kalangan membedakan pengertian kedua kata tersebut, namun argumen yang mengidentikkan keduanya juga cukup kuat. Kompromi dalam masalah ini ialah bahwa pada suatu saat pembedaan itu absah dan pada saat yang lain pengidentikan juga absah. Dalam bahasa Arab, selain disebut sebagai al-hadharat, peradaban terkadang juga disebut dengan al-tamaddun. Karena itu tidaklah mengherankan apabila masyarakat madani kemudian diterjemahkan menjadi masyarakat beradab atau civil society. Dalam pengertiannya yang paling luas, peradaban mencakup aspek material maupun immaterial.
Adapun tentang siklus peradaban, Arnold Toenbee berkata, bahwa peradaban suatu bangsa itu berawal dari lahir, kemudian berkembang, maju, meorosot dan pada akhirnya ia akan tenggelam. Pendapat itu sangat benar melihat realitas yang terjadi pada ummat Islam sekarang. Islam saat ini benar-benar telah dilanda krisis peradaban.
Jika dilihat secara historis, ummat Islam telah melampaui tiga siklus peradaban di atas. Lahirnya peradaban Islam dimulai pada zaman Nabi Muhammad SAW. Ketika itu masyarakat jahiliah mengalami krisis moral dan ilmu pengetahuan. Kekerasan terjadi di mana-mana, yang kaya melecehkan yang miskin, yang kuat menindas yang lemah. Nilai-nilai kemanusian tidak lagi diperhatikan.
Kemudian datanglah Islam yang dibawa oleh Muhammad. Suatu ajaran yang membawa nilai-nilai moralitas, tauhid, dan menujunjung tinggi kehormatan manusia serta memperjuangkan hak asasi manusia (HAM). Sebelum Islam datang masyarakat jahiliyah mempunyai budaya biadab, yaitu mengubur bayi perempuan hidup-hidup. Mereka merasa malu jika anak yang lahir adalah anak perempuan. Yang kemudian Islam datang dan memberantas itu semua.
Di sinilah Islam mulai membangun sebuah peradaban yang benar-benar membawa nilai-nilai universal. Setelah itu Islam terus dikembangkan hingga Islam bisa menguasai dua peradaban besar Arab yaitu Romawi dan Persia. Kekuasaan Islam terus berkembang seiring dengan perjalanan zaman dari Arab, Eropa hingga ke Cina yang saat itu Cina merupakan sebuah Negara yang maju dalam bidang Ilmu pengetahuan.
Hingga akhirnya Islam menguasai semua aspek kehidupan khususnya di bidang ilmu pengetahuan. Hal itu terbukti dengan munculnya tokoh-tokoh atau ilmuwan muslim, seperti Ibnu Sina dengan karya menomentalnya Al-Qonun fit Tib yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Canon of Medicine. Buku monumental ini kemudian menjadi rujukan ilmu kedokteran di seluruh penjuru dunia.
Banyak lagi ilmuwan lain yang muncul di era keemasan Islam, seperti Al-Gazali yang terkenal dengan tasawwuf dan filsafatnya dengan karyanya yang terkenal Ihya’ Ulumuddin. Ada lagi Ibnu Rusyd seorang dokter dan juga tokoh filsafat. Demikian juga Ibnu Khaldun yang dikenal sebagai bapak sosiologi, dia adalah seorang sosiolog yang telah menulis sebuah karya monumental yang berjudul Muqaddimah. Belum lagi yang di bidang teknologi seperti Al-Haitam penemu kamera obscura pertama, Al-Jabbar yang telah menemukan teori Al-Jabar, dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Saat itu Islam telah mengalami kemajuan di berbagai bidang lebih-lebih di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kejayaan peradaban Islam ini terus berlangsung sampai akhirnya Mongol menyerang dunia Timur Islam, berpuncak pada serangan terhadap Baghdad. Di dunia Barat Islam, peradaban Islam mulai ambruk semenjak satu demi satu wilayah Islam ditaklukkan oleh Eropa. Akhirnya, Kordova pun tinggal kenangan belaka. Runtuhnya Kesultanan Turki Utsmaniyyah tercatat telah mencabik-cabik persatuan umat Islam sehingga Eropa pun semakin kuat mencengkeramkan kuku-kuku imperialisme-nya di negara-negara muslim. Peradaban Islam mengakhiri kejayaannya bersamaan dengan tercerahkannya Eropa pada masa Renaisans.
Penyebab dan solusi
Namun kenapa saat ini Islam mengalami kemunduran, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi?. Ada beberapa hal penting yang perlu diperbaiki dari ummat Islam saat ini. Di antaranya, pertama, ummat Islam saat ini tidak mempunyai semangat belajar seperti semangat ilmuwan muslim terdahulu. Padahal ajaran Islam telah mewajibkan seluruh pemeluknya untuk menuntut ilmu. Kebanyakan ummat Islam saat ini lebih sibuk mempermasalahkan hal-hal yang sifatnya khilafiyah, seperti perbedaan qunut-an, tahlilan dan lainnya. Sehingga konsentrasi untuk mencari ilmu mengetahuan terpecah dan bahkan hilang.
Kedua, Kurangnya keinginan ummat Islam untuk memahami dan mendalami ilmu pengetahuan yang ada di dalam Al-Quran secara konperehensif. Padahal, jika ditelaah secara seksama, di dalam Al-Quran kita akan banyak menemukan ayat-ayat yang berbicara tentang ilmu pengetahuan serta ajakan-ajakan untuk mendalami ilmu pengetahuan itu sendiri. Sebagai salah satu contoh adalah ayat Al-Quran yang membicarakan tentang fungsi kulit, yaitu Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat Kami kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan azdab. (QS. An-Nisa’: 56)
Kenapa Allah menggunakan kata ”kulit” untuk merasakan azdab. Ternyata setelah diteliti oleh Prof. Tejatat Tejasen (non muslim) di Thailand, kulit adalah indera perasa yang paling sensitif. Yang akhirnya setelah mendengar ayat tersebut Profesor tersebut masuk Islam. Kenapa malah orang non muslim yang mau menyelami lautan ilmu Al-Quran?.
Ketiga, ummat Islam terjebak dengan masalah politik (kekuasaan) khususnya di Indinesia. Bukan berarti Islam melarang untuk berpolitik praktis, akan tetapi ummat Islam lebih cenderung mengikuti egoisme masing-masing yaitu untuk mendapatkan kekuasaan. Kita lihat di Indonesia, partai-partai yang bernnafaskan Islam sangat banyak sekali. Anehnya antar satu partai dengan partai yang lain saling mengedepankan ego masing-masing. Hal ini sungguh akan mengantarkan ummat Islam kepada kemunduran. Karena secara internal ummat Islam sendiri sudah berpecah belah. Bukankan Islam telah menganjurkan persatuan dan kerjasama muslim?.
Banyak sekali sebenarnya penyebab kenapa ummat Islam saat ini mundur, akan tetapi akar permasalahannya adalah mental ummat Islam saat ini sangat lemah, baik mental untuk maju, mental untuk melawan peradaban barat, mental untuk menuntut ilmu, maupun mental untuk bersatu. Untuk itu, yang perlu diperbaiki untuk mengembalikan peradaban Islam yang telah diambil Barat adalah memperbaiki mental ummat Islam.
Untuk mengembalikan mental tersebut diperlukan kesadaran dari semua ummat Islam, khususnya bagi mereka yang menjadi tokoh di tengah-tengan masyarakat kaum muslimin. Untuk memangun kesadaran tersebut, diperlukan suntikan-suntinkan semangat quraniyah yang ada di dalam kitab suci Al-Quran sendiri. Karena di dalam Al-Quran sudah banyak ajakan terhadap ummat Islam untuk maju dan mengembangkan potensi diri dan masyarakat. Sehingga pada intinya saat ini ummat Islam benar-benar dituntut untuk memahami Al-Quran dan Hadits secara komperehensif atau kontekstual tidak sebatas pada makna tekstualnya saja.
.
*Penulis adalah
Peneliti di Pusat Studi Islam (FORSIFA)
Unmuh Malang, Jawa Timur