Jumat, 10 Agustus 2012

Pola-Pola Mengatasi Anak Fobia Sekolah

Dimuat di Koran Jakarta, 11 Agustus 2012
Anak-anak kebanyakan senang bersekolah karena dapat bertemu teman-teman. Dengan riang dan ceria, mereka berangkat ke tempat belajar. Namun begitu, tidak sedikit yang bermalas-malasan bersekolah. Tempat belajar menjadi momok menakutkan. Mereka terpaksa setengah dipaksa untuk ke sekolah.

Mereka mogok sekolah. Sikap ini kemungkinan besar karena gangguan psikis atau fobia sekolah. Fobia dimengerti sebagai suatu ketakutan yang tidak rasional atas objek atau situasi tertentu yang sebenarnya tidak berbahaya. Menurut Ivan Ward, fobia itu ketakutan yang tidak masuk akal. Jadi, fobia sekolah adalah bentuk ketakutan yang tidak masuk akal.

Orang tua tentu bingung kalau anak mogok sekolah. Di satu sisi, orang tua sebaiknya menghindari pemaksaan kepada anak, tapi di sisi yang lain harus mampu memberi pendidikan yang terbaik. Fobia sekolah harus ditangani. Kalau anak dibiarkan tidak masuk sekolah dalam waktu lama, akan makin sulit penanganannya. Sebaliknya, semakin cepat ditangani, fobia cepat pula terselesaikan.

Setidaknya, ada empat jenis fobia sekolah: tahap awal (initial school refusal behavior) berlangsung sepekan, lebih dari sepekan (substantial school refusal behavior), tahap akut (acute school refusal behavior) dua minggu hingga setahun. Terakhir fobia paling berat (chronic school refusal behavior) berlangsung setahun lebih (hlm 24).

Setelah mengetahui tingkatan masalahnya, buku ini menyarankan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab mogok sekolah. Di sini, orang tua harus hati-hati dan bijaksana dalam menyikapi agar dapat menangani secara benar. Alangkah baiknya jika orang tua mau bersikap terbuka dalam mempelajari sikap anak. Konsultasi dengan guru di sekolah, sharing sesama orang tua murid. Jangan lupa ajak anak berdiskusi. Jika perlu, konsultasi dengan konselor atau psikolog untuk mendapat gambaran penyebab fobia (hlm 27).

Ada beberapa sebab anak mogok. Di antaranya, mudah cemas, hubungan tidak sehat di rumah, keluarga sering bertengkar, pengalaman abusive, atau tindak kekerasan, dan pengalaman negatif di sekolah atau lingkungan (hlm 24-33).

Kasus ini dapat ditangani dengan memberi pengertian kepada anak akan arti penting sekolah, belajar, dan berteman. Perhatikan keluhan-keluhan anak. Konsultasi kesehatan ke dokter. Yang lebih menentukan, orang tua harus meluangkan lebih banyak waktu untuk berdiskusi dengan anak (hlm 43).

Buku setebal 206 halaman ini bisa menjadi bahan rujukan para orang tua dalam menyelesaikan permasalahan anak yang malas belajar dan fobia alias mogok sekolah. Dengan bahasa yang lugas dan pembahasan yang sederhana tapi komprehensif, buku itu juga mengupas berbagai permasalahan belajar anak, penyebab, dan solusinya.

Diresensi Muhammad Rajab, pencinta buku, tinggal di Malang

Judul buku : Mengatasi Anak Mogok Sekolah Malas Belajar
Penulis : Imam Musbikin
Penerbit : Laksana
Cetakan I : Maret 2012
Tebal : 206 halaman
ISBN : 978-602-191-131-0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA