Selasa, 31 Januari 2012

MEMAHAMI PERAN MEDIA DI MASYARAKAT


 
Judul               : Teknologi Industri Media &Perubahan Sosial
Editor              : Muslimin M. dan Frida Kusumastuti
Penerbit           : Sosiologi Komunikasi Pascasarjana UMM dan Buku Litera
Cetakan I        : 2010
Tebal               : 164 halaman
Peresensi         : Muhammad Rajab*

            Kehadiran media massa di tengah-tengah masyarakat sedikit banyak telah membuka mata masyarakat untuk melihat sebuah realitas sosial. Mulai keadaan sosial yang “putih” ataupun yang “hitam”. Dalam hal ini media sebagai fasilitator antara dua hal, yaitu sebuah peristiwa sebagai sebuah fakta dan masyarakat sebagai penerima kabar tentang peristiwa tersebut.
            Dalam pengantar buku ini, Rohman Budijanto menjelaskan bahwa media ada kemiripan dengan nabi dan dukun. Salah satu sebutan nabi adalah the messenger, sang pembawa pesan (banyak media berbahasa Inggris yang memakai nama “messenger”). Sedangkan dukun disebut sebagai medium, yang akar katanya sama dengan media. Media, nabi, dan dukun sama-sama sebagai perantara. Nabi memerantai manusia dengan Tuhan. Dukun memerantai kliennya dengan dunia ghaib, misalnya, mengaku bisa berkomunikasi dengan roh keluarga kliennya (atau “korbannya”). Sedangkan media menjadi perantara yang menyampaikan kabar sebuah diskripsi peristiwa atau pendapat sumber berita kepada orang lain. Kalau media personal seperti surat, menjadi perantara antarindividu. Sedangkan media massa menjadi perantara antara individu denga khalayak atau khalayak denga khalayak. (hal. vii)
            Buku ini merupakan sebuah analisis terhadap peran media massa terhadap perubahan masyarakat. Baik dalam dimensi sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. Hal ini melihat perkembangan teknologi media yang semakin pesat. Tidak hanya degan koran atau media cetak lainnya, tapi sekrang hadir teknologi media informasi yang lebih canggih yaitu internet. Berbagai macam informasi bisa didapatkan melalui internet, bahkan ruang lingkup privasi pun bisa dijangkau dengan adanya media yang satu ini.
            Perkembangan teknologi informasi tersebut bisa menghadirkan dampak yang signifikan terhadap masyarakat. Mc Luhan (1994) menguraikan bahwa teknologi media modern memberikan dampak fundamental terhadap indra dan daya kognitif manusia. Bahkan dengan keberadaan teknologi media modern melahirkan kultur baru yang didominasi oleh indra visual atau penglihatan manusia. Perkembangan teknologi media elektronik modern misalnya telah menyatukan individu dalam sebuah jaringan komunikasi yang lebih bersifat instan yang disebut global village (desa global).
            Teknologi dunia modern terutama televisi dan internet menyebabkan tidak jelasnya batas-batas geografi  dan budaya masyarakat antara suatu negara dengan negara lainnya. Bahkan kondisi semacam ini menciptakan masyarakat pengguna berada dalam suatu keadaan “hyper-relitas” baru yang terintegrasi secara maya.
            Dengan posisi media seperti ini, dalam perkembangannya media massa diberi pemandu agar kedudukannya mulia. Pemandu itu bisa berupa kode etik atau sanksi hukum. Media diberi mahkota berupa rambu panduan itu agar mencapai kedudukan terhormat. Kalau tidak seperti nabi, setidaknya tidak tergelincir menjadi dukun yang penuh spekulasi, penipuan dan kebohongan. Media massa diberi tugas untuk mengontrol agar semuanya bisa diatur dengan akal sehat. Jika tidak , maka media akan mempunyai dampak buruk dan menjadi “kambing hitam” semua sebab di tengah-tengah masyarakat.
            Misalnya, dalam pembahasan Kapitalisme Media dan Budaya Pop,di dalam buku ini dijelaskan, bahwa sebenarnya peran media memiliki empat fungsi yakni menyampaikan informasi, alat edukasi atau pendidikan, menjadi kontrol sosial serta sarana hiburan atau entertainment. Namun karena Undang-Undang mengisayaratkan media massa juga berfungsi sebagai alat ekonomi, telah membuat media tampil sebagai alat mencari keuntungan. Dari itu maka bisnis media cukup padat modal, telah membuat mereka yang memiliki modal kuat yang akhirnya mampu bermain di media, dan tidak bisa dipungkiri para pemodal atau pemilik media akan mencari keuntungan. (hal. 51)

Pedang Bermata Dua
            Dengan pesatnya media informasi yang ada, baik cetak maupun elektronik menjadikan masyarakat semakin bebas dan luas dalam mengakses informasi apapun. Kini kebebasan informasi tersebut sudah menjadi bah. Maknanya seperti pedang bermata dua, yakni bisa membawa “kesuburan” bagi kemanusiaan, kalau kita bisa memanfaatkannya sebagai sumber informasi dan peluang-peluang baru. Sebaliknya kalau kita tidak bisa mengendalikan diri, kita bisa tenggelam dalam hal-hal yang tidak bermanfaat dan bahkan merugikan seperti pornografi, gossip, teori konspirasi, adu mulut dan segala sampah informasi lain.
            Sekarang kian nyaring suara-suara cemas, bahwa anak-anak kita, juga kita sendiri, bisa terpapar dampak negatif kebebasan informasi. Di sisi lain menolak reflek menolak pembatasan informasi juga muncul sama kuatnya, ketika ada usulan untuk menyensor “dunia hitam” dalam lembar-lembar informasi publik. Kita yang sudah lama terbelenggu rezim Orde Baru sangat sensitif terhadap segala jenis pembatasan.
            Untuk mengetahui lebih jelas lagi mengenai peran media dan segala konsekuensinya dalam kehidupan sosial. Pembaca bisa menelaah lebih mendalam tentang peran media dalam perubahan sosial di buku ini. Yang pada intinya buku yang ditulis secara kolektif ini merupakan sebuah sajian yang menarik untuk dikaji secara kritis, khususnya oleh kaum akademisi yang konsentrasi dalam kajian sosiologi komunikasi.

*MUHAMMAD RAJAB
Redaktur Koran Kampus Bestari dan Aktivis IMM FAI Unmuh Malang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA