Jumat, 30 Januari 2009

BELAJAR MENULIS ONLINE

Oleh: Muhammad Rajab*

Perkembangan ilmu pengetahuan makin hari makin pesat. Perkembangan teknologi ini telah masuk ke sela-sela kehidupan manusia. Ia telah menerobos ruang privasi manusia itu sendiri. Pastinya, dengan adanya perkembangan teknologi ini, khususnya teknologi informasi dapat memudahkan kita dalam mengakses dan menerobos dan menjaukau ruang-ruang yang sebelumnya belum bisa kita jangkau.

Salah satu teknologi informasi yang paling terkenal sangat cepat dalam mengakses informasi adalah internet. Dengan internet kita bisa mendapatkan informasi dari berbagai penjuru dunia dalam hidungan detik. Tentunya ini akan memudahkan kita untuk mengetahui perkembangan yang ada di dunia lain. Dengan demikian kita tidak akan ketinggalan zaman.

Tidak hanya itu, dengan adanya internet kita juga bisa berdiskusi, mengakses buku-buku gratis dan belajar secara online. Belajar menulis pun sekarang sudah bisa melalui internet. Misalnya, ada yang namanya Sekolah Menulis Online (SMO). Kita bisa bergabung di situ dengan mengakases alamatnya, bisa melalui google. Di sana telah disediakan formulir pendaftaran bagi yang mau mendaftar secara online.

Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang semakin canggih ini tentunya kita tidak akan kesulitan lagi dalam belajar menulis. Belajar menulis hanya tinggal mengakses internet, dan di sana kita akan mendapatkan banyak ilmu tentang penulisan, seperti penulisan artikel opini, resensi bahkan buku.

Ini berbeda dengan zaman dahulu yang teknologi informasinya masih rendah. Dulu untuk belajar menulis susah sekali. Mungkin orang yang ingin tahu teknis penulisan harus membeli buku terlebih dahulu dengan harga yang relatif mahal. Selain itu, juga, untuk mendapatkan rekan berdiskusi itu juga susah karena keterbatasan teknologi informasi. Paling-paling berdiskusi dengan teman dekat atau tetangganya saja.

Namun, Seiring perkembangan zaman, permasalahan kesulitan dalam belajar tersebut sekarang sudah mulai terjawab. Dengan adanya internet kita bisa mengajak banyak teman untuk berdiskusi tentang kepenulisan, bagaimana cara menulis dengan baik serta dapat menambah khazanah dan wawasan keilmuan yang lain.

Menarimya lagi, selain kita bisa belajar menulis secara online dengan bergabung dengan forum-forum kepenulisan, di internet juga kita bisa mengapresiasikan gagasan, ide, pendapat, cerita, resensi yang kita punya dalam bentuk tulisan, kemudian bisa kita sebarkan melalui internet. Jadi, walaupun tulisan kita tidak diterima oleh media cetak, kita bisa menyebarkannya melalui website atau blog yang kita miliki.

Bagi para penulis pemula seperti saya, dan ingin belajar lebih banyak lagi tentang kepenulisan, mulai sekarang kita aktif dalam mencari informasi dan kesempatan-kesempatan belajar dan berdiskusi melalui internet. Walaupun tidak jarang kita temukan, banyak orang yang rusak moralnya gara-gara internet. Semua itu, bergantung pada individu kita masing-masing.

*Penulis adalah,
Mahasiswa Tarbiyah Unmuh Malang

Minggu, 25 Januari 2009

PENDIDIKAN MATERIALISTIK Vs PENDIDIKAN MORAL


Oleh: Muhammad Rajab*
Di antara problematika yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah krisis multidimensi, mulai dari krisis ekonomi yang menyebabkan kemiskinan hingga krisis pendidikan yang menimbulkan kebodohan dan rusaknya moral bangsa. Akan tetapi, sebenarnya terjadinya krisis multidimensi tersebut semuanya berawal dari rusaknya atau krisis pendidikan. Karena pendidikanlah yang membentuk semuanya.
Banyaknya pengangguran yang disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai pendidikan mengakibatkan merosotnya sistem kehidupan di segala bidang. Seperti, intimidasi terhadap rakyat yang lemah, ekonomi yang merosot dan kerusakan moral yang terjadi di berbagai tempat merupakan dampak dari lemahnya pendidikan, atau mereka berpendidikan tetapi paradigma pendidikan yang ada pada mereka adalah paradigma pendidikan barat yang materialistik. Sementara itu, pendidikan materialistik terbukti telah gagal melahirkan manusia beradab yang sekaligus menguasai iptek.
Disebabkan oleh paham materialisme yang masuk pada pendidikan kita, makanya tidak jarang ditemukan siswa atau pelajar yang belajar di sebuah lembaga, khususnya di Perguruan Tinggi hanya berorentasi pada pekerjaan. Mereka lupa terhadap tujuan pendidikan yang sebenarnya. Mereka bangga hanya dengan mendapatkan sertifikat kelulusan walaupun pada hakikatnya ilmu yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan ijazah/sertifikat yang mereka terima. Sehingga lahirlah manusia-manusia yang hidupnya hanya untuk uang. Akibatnya, mereka bekerja tidak pernah memperhatikan apakah hasil yang dicapai dari hasil yang halal atau haram.
Padahal tujuan utama pendidikan adalah tidak hanya menitiok beratkan pada kemampuan intelektualitas seseorang, akan tetapi juga pembentukan moral dan peningkatan iman kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Dan fenomena yang marak terjadi di masyarakat kita saat ini adalah para bapak dan ibu menyekolahkan anaknya hanya berorentasi pada pekerjaan semata, tanpa memperhatikan nilai-nilai pendidikan yang sesungguhnya. Ukuran keberhasilan pendidikan bagi anaknya bukan lagi perbaikan tingkah laku, keilmuan dan bukan pula kualitas yang diperolehnya, itu bahkan jarang terpikirkan. Tetapi yang ada adalah anggapan setelah menjadi sarjana anak memperoleh pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikannya. Yaitu pekerjaan yang akan segera memperoleh sejumlah uang yang diharapkan. Bila perlu, dengan jalan apapun ditempuhnya untuk segera memperoleh lapangan kerja yang diinginkan.
Tujuan pendidikan bergeser dari nilai mulia, ilmu, terampil, cendikiawan, akhlak terpuji, menjadi tujuan jangka pendek, yaitu mencari pekerjaan dan pada akhirnya adalah untuk uang. Akibat dari tujuan pendek inilah kemudian muncul pemalsuan nilai ijazah, transkip, NEM, skripsi dan lainnya seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Semua itu dilakukan sebagai jalan pintas bagi seorang calon sarjana untuk memenuhi persyaratan pasar pekerjaan dan bagi orang tua siswa untuk memenhuhi persyaratan memasuki pendidikan yang dinginkan. Manipulasi seperti ini adalah termasuk pelecehan terhadap dunia pendidikan.
Perbuatan di atas juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mental anak menjadi mental uang, apalagi setelah didukung dengan sistem pendidikan materialistik yang mengabaikan nilai-niiai agama dan nilai-nilai normative serta nilai-nilai moralitas. Yang diberikan kepada siswa hanya pendidikan yang bisa mengantarkan siswanya supaya mudah mendapatkan pekerjaan, sehingga moral para siswa jauh dari tingkah laku yang beradab. Paradigma pendidikan seperti ini merupakan salah satu paradigma pendidikan barat yang materialistik. Karena ciri khas pendidikan barat adalah konsepsi egoistik (how to be) dan konsepsi Materialistik (how to do).
Padahal seharusnya tidak hanya dua pilar tersebut, akan tetapi semua pilar pendidikan hendaknya dapat menjadi tujuan utama dalam membetuk pribadi peserta didik. Adapaun pilar-pilar pendidikan tersebut adalah how to be (belajar untuk membentuk diri), how to do (belajra untuk berbuat) , how to lern (belajar untuk belajar) dan how to life together (belajar untuk hidup bersama).
Selain itu, pendidikan yang materialistik juga memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material serta mengingkari hal-hal yang bersifat non materi. Bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam o;eh orang tua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan, atau apapun yang setara dengan materi.
Paradigma pendidikan seperti ini yang akan merusak moral bangsa Indonesia. Sehingga mayoritas penduduk bangsa ini menjadi amoral dan jauh dari nilai-nilai mulia pendidikan, moralitas dan agama. Akhirnya, dengan mudah bangsa-bangsa luar menjajah dan mempermainkan bangsa kita. Buktinya, penetrasi budaya luar dengan mudah masuk di negara kita yang notabene non muslim. Ini semua akibat hilangnya nilai-nilai pendidikan dari bangsa kita.
Untuk mengembalikan keadaan ini diperlukan adanya perubahan paradigma pendidikan. Dari paradigma pendidikan barat yang materiastik menuju paradigma pendidikan yang benar, yaitu pendidikan yang berorientasi pada baiknya moral peserta didik. Karena inilah yang akan mengangkat derajat bangsa. Sebab, lemahnya nilai-nilai pendidikan akan mengakibatkan rendahnya derajat dan martabat bangsa sebaliknya kuatnya nilai-nilai pendidikan akan mengangkat derajat dan martabat bangsa.
Oleh karena itu, hendaknya pendidikan moral menjadi prioritas kita bersama. Sebab dengan pendidikan moral tersebut kita dapat mengubah keadaan bangsa menjadi lebih baik dan mengangkat derajat bangsa di masyarakat dan di mata negara-negara asing.
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Sabtu, 24 Januari 2009

HENTIKAN SEKULARISASI PENDIDIKAN

Oleh: Muhammad Rajab*
Sekuler merupakan satu istilah yang sangat popular di tengah-tengah kalangan masyarakat, khususnya di kalangan masyarakat terpelajar. Namun, yang sering kita dengar bukanlah sekuler yang terjadi dalam pendidikan, akan tetapi sekuler dalam agama. Karena istilah ini sering dikaitkan dengan pemisahan agama dari Negara.
Menurut Syekh Taqiyuddin An-Nabhani Sekuler adalah memisahkan agama dari kehidupan. Ada yag mengatakan juga bahwa sekuler adalah pemisahan agama dari politik. Akan tetapi makna yang kedua ini yang lebih populer di kalagan masyarakat. Karena memang munculnya istilah ini diawali dengan kasus pergulatan politik antara gereja dengan para kaum intellektual.
Adapaun jika istilah ini dikaitkan dengan pendidikan, maka kita akan temukan makna yang mirip dengan beberapa makna di atas. Sekularisasi dalam hal ini merupakan satu proses menjadikan pendidikan tersebut sekuler. Yaitu adanya pemisahan antara pendidikan dengan agama.
Sekuler dalam pendidikan bisa terjadi pada beberapa aspek. Di antaranya, pada metode, kurikulum dan media pembelajaran. Namun di sini penulis akan menitiberatkan pada sekuler dalam kurikulum pendidikan.
Sekuler dalam kurikulum pendidikan di sini maksudnya adalah memisah-misahkan atau membatasi seseorang untuk mempelajari satu mata pelajaran tertentu tanpa adanya kebebasan dalam menimba ilmu yang ada.
Ilmu yang terbentang luas di atas muka bumi ini sangat beragam, tidak hanya satu ilmu bahkan jika kita mau menghitung ilmu yang ada di alam semesta ini kita tidak akan pernah dapat menghitungnya. Oleh karena itu perlu adanya keterbukaan atau inklusivitas dalam pendidikan, sehingga manusia dalam menuntut ilmu tidak hanya terfokus pada ilmu tertentu.
Manusia adalah makhluk yang diberikan banyak potensi. Seperti akal dan kekuatan berpikir serta merasakan apa yang dilihat dan tidak dilihat. Potensi ini jika tidak dimaksimalkan dengan baik, maka akan terbuang sia-sia dan tidak termanfaatkan.
Selain itu, manusia pula mempunyai multiple intelligence (kecerdasan yang beragam). Kecerdaasan ini jika dibatasi dalam proses pencarian dan pengembangannya, maka akan terjadi kebekuan bahkan yang tidak kita inginkan bersama akan terjadi intellectual deadlock.
Realita
Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini sungguh mengkhawatirkan. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh UNDP pada Human Development Report 2005, ternyata Indonesia menduduki peringkat 110 dari 177 negara di dunia. Bahkan yang lebih mencemaskan, peringkat tersebut justru sebenarnya semakin menurun dari tahun-tahun sebelumnya, di mana pada tahun 1997 HDI Indonesia berada pada peringkat 99, lalu menjadi peringkat 102 pada tahun 2002, kemudian peringkat ke 112 tahun 2003, dan menjadi peringkat 111 pada tahun 2004.
Indonesia jauh berada di bawah Filipina yang berada di urutan 85, Thailand berada di urutan 74, Malaisia berada di urutan 58, Brunai Darusslam berada di urutan 31, Korea Selatan berada di urutan 30, dan Singapura berada di urutan 28. Organisasi International Educational Achievement (IEA) menguatkan hal tersebut dengan menyatakan bahwa kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar (SD) di Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang di Survei (Nurhadi dalam Khozin, 2006).
Terkait dengan hal ini, salah seorang pakar pendidikan dan ilmu politik Indonesia Prof. Dr. Deliar Noer (dalam Khozin, 2006) mengatakan bahwa kualitas pendidikan saat ini masih sangat rendah dan masih banyak hal yang harus dibenahi dan direformasi. Dengan menurunnya kualitas pendidikan ini berdampak pula pada seluruh aspek kehidupan bangsa, sehingga terjadilah yang namanya krisis multidimensi (krisis dalam berbagai bidang). Semua itu berawal dan bersumber dari rendahnya kualitas pendidkan di Indonesia.
Kalau kita melihat sejenak terhadap apa yang sedang menimpa negara kita tersebut, maka kita akan temukan beberapa kesalahan yang terjadi dalam pendidikan kita. Di antaranya adalah pembatasan atau ketertutupan ilmu pengetahuan dan kurikulum yang disajikan di sekolah. Kurikulum di sekolah ditentukan oleh birokrat. Seharusnya ada otonomi atau kebebasan bagi guru untuk memberikan materi yang sekiranya dianggap cocok dan sesuai dengan kemampuan peserta didiknya. Selain itu harus ada kebebasan kepada peserta didik untukberkembang secara mandiri dan kreatif.
Adanya aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan seperti ini menjadikan guru tidak dapat bergerak luas dalam memberikan mata pelajaran dan menyalurkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didiknya. Karena mereka (para guru) hanya berpegang pada standart atau kurikulum yang telah ditentukan.
Selain itu, pemisahan kurikulum pendidikan yang ada juga menjadikan anak bangsa atau peserta didik tidak dapat menguasai ilmu berbagai bidang. Misalanya saja, dalam sebuah pembelajaran yang berbasis agama, di dalamnya tidak boleh masuk pendidikan umum yang kaitannya dengan teknologi. Begitu juga sebaliknya, pendidikan yang berbasis teknologi di dalamnya tidak diajarkan tata moral atau pendidikan agama. Inilah yang menyebabkan tidak adanya keseimbnagn dalam diri peserta didik.
Ada orang pintar dalam teknologi dan perpolitikan misalnya, namun perilaku dan budi pekertinya tidak mencerminkan nilai-nilai moralitas. Sehingga muncullah para pencuri berdasi yang pada hakikatnya dia adalah orang pintar, akan tetapi nilai-nilai moralitas yang ada dalam dirinya kosong. Dan juga ada yang ahli agama, tapi buta akan teknologi, ini menjadikan orang selalu kolot dan tidak mau mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Sehingga metode-metode yang digunakan dalam menyampaikan ilmu yang dimilikinya adalah metode-metode tradisional yang cenderung membosankan dan tidak menarik untuk anak modern saat ini. Nah, sekarang indonesia membutuhkan orang-orang yang benar-benar menguasai IMTAQ dan IPTEK.
Untuk memnuhi keinginan tersebut, maka hendaknya peserta didik dijauhkan dari sekularitas pendidikan. Karena jika mereka masih terkekang dan tidak mempunyai kebebasan dalam menuntut ilmu, maka perkembangannya tidak akan berjalan dengan maksimal dan hanya terbatas pada satu disiplin ilmu saja, sehingga multiple intelgence yang dimilikinya tidak terfasilitasi dengan baik dan benar.
Prospek ke Depan
Sekarang bagaimana supaya Indonesia bisa keluar dari berbagai macam krisis tersebut, khususnya krisis pendidikan?. Sehingga kondisinya tidak terus berada dalam keterpurukan dan keterbelakangan.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menghentikan sekularisasi pendidikan, yang selama ini masih ada di tengah-tengah pendidikan kita. Dalam artian bahwa membuka peluang selebar-lebarnya kepada peserta didik untuk mencari dan menimba ilmu sesuai dengan kemampuan mereka, tanpa memberikan batasan tertentu.
Selain itu, yang perlu diperbaiki adalah metode pembelajaran yang salah dan berusaha mengembangkan metode-metode baru yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan anak modern. Sekarangmuncul konsep CTL (Contextual Teaching And Leraning). Ini sebanarnya merupakan konsep bagus karena salah satu komponennya adalah memberikan peluang besar kepada peserta didik untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensinya dan tidak ada sekularisasi pendidikan di dalamnya (pembatasan atau pemisahan) antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain. Namun kesadaran para guru untuk mengaplikasikan konsep ini masih minim.

Penulis adalah Mahasiswa Tarbiyah (PAI) dan Aktivis Pers Kampus Universita Muhammadiyah Malang

REKONTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA MODERN

Oleh: Muhammad Rajab*
PENDIDIKAN Islam adalah sebuah sarana atau pun furshoh untuk menyiapakan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang IslamDi sini para pendidik muslim mempunyai satu kewajiban dan tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada anak didiknya, baik melalui pendidikan formal maunpun non formal.
Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan yang lain. Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. Sedangkan pendidikan selain Islam, tidak teralu memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman.
Kalau kita kembali kepada sejarah pendidikan Islam di Indonesia, maka kita akan temukan bahwa pada awal munculnya pendidikan Islam tidak terlepas dari peran para pembawa Islam ke Indonesia sendiri. Jadi sebelum pendidikan Islam ada, terlebih dahulu Indonesia dimasuki oleh para penyebar Islam, walaupun menurut kajian sejarah bahwa para ahli berbeda pendapat tentang waktu dan pembawanya masuknya Islam ke Indoneisa. Ada yang mengatakan pada abad ke-7 seprti yang dikatakan HAMKA dalam Seminar Sejarah Masuknya Agama Islam di Indonesia (1963). Ada lagi yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Teori ini dicetuskan oleh seorang orintalis Snouck Hurgronje.
Terlepas dari perbedaan tersebut, pendidikan Islam di Indonesia telah ada semenjak Islam masuk ke Indonesia. Yaitu, melalui dakwah mereka dalam menyebarkan Islam, walaupun bentuknya tidak formal seperti sekolah-sekolah yang ada sekarang. Seperti, sambil berdagang mereka mendakwahkan Islam.
Seiring perjalanan sejarah, pendidikan Islam semakin tahun semakin mengalami perkembangan. Apalagi setelah muncul dua organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama’ (NU). Kedua organisasi ini bergerak dalam bidang dakwah melalui pendidikan.
Misalnya, Muhammadiyah pada awal berdirinya 18 November 1912 M mendirikan madrasah pertamanya yaitu Al-Qism Al-Arqo’. Madrasah ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah sendiri, dan sekarang berubah nama menjadi PP. Muallimin Muallimat Jogjakarta. Pendidikan semacam ini didirikan oleh Muhammadiyah untuk mengimbangi pendidikan kolonial Belanda yang cenderung jauh dari nilai-nilai keislaman.
Sedangkan NU yang didirikan tanggal 31 Januari 1926 M, walaupun menurut sejarah pernah masuk dan menjadi partai politik dan menjadi kontenstan dalam pemilu 1955 dan 1971, organisasi ini tetap menaruk perhatian besar terhadap pendidikan Islam. Memang NU tidak berhgerak melalui madrasah-madrasah atau sekolah umum seperti Muhammadiyah, akan tetapi mayoritas pendidikan Islam di NU banyak berkembang di dalam pesantren.
Walaupun jalan yang ditempuh oleh kedua organisasi ini dalam mengembangkan pendidikan Islam berbeda, akan tetapi tetap tujuan utamanya sama, yaitu sama-sama ingin menjadikan Islam tetap berkembang di Indonesia melalui cara-cara yang menurut masing-masing bias dilakukan.
Sekarang kita melihat kondisi pendidikan Islam di era modern ini, apakah metode atau jalan yang ditempuh oleh Muhammadiyah dan NU, yang dulunya berbeda tersebut sekarang bisa mengarah pada persatuan. Dan menimbulkan kesadaran pada masing-masing?.
Kita lihat sekarang Muhammadiyah yang pada mulanya tidak terlalu berkecimpung dalam dunia pesantren dalam mengembangkan pendidikan Islam, akan tetapi sekarang sudah mulai memperhatikannya bahkan sudah banyak pesantren-pesantren yang didirikan Muahammadiyah. Kesadaran ini muncul setelah nampak di tengah-tengah Muhammadiyah apa yang dinamakan dengan “krisis ulama’. Relevan dengan ini ialah pendapat Karim yang dikutip oleh Khozin M.Si (2006) dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam “efektivitas pendidikan dan pengajaran agama melalui pesantren juga telah disadari oleh Muhammadiyah yang sepanjang sejarhnya menaruk perhatian pada sistem pendidikan modern”.
Adapun NU yang pada mulanya banyak mencurahkan perhatiannya terhadap dunia pesantren dalam mengembangkan pendidikan Islam, sekarang sudah mulai sadar akan pentingnya dunia sekalah yang cenderung modern dan mengikuti perkembangan zaman. Apalagi di era yang teknologinya serba canggih.
Realitas saat ini
Keterpurukan dan keterbelakangan pendidikan nasional saat ini tentu mempunyai dampak yang signifikan terhadap pendidikan Islam. Walaupun pada dasarnya secara histories saat ini pendidikan Islam mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan yang signifikan juga dibanding dengan kondisi pendidikan Islam sebelumnya.
Apalagi setelah munculnya SKB 3 Mentri, yaitu Menteri Pendidikan, Menteri Agama dan Menteri Kebudayaan. Dengan ketentuan bahwa ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan dengan ijazah sekolah umum yang setingkat, Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas, dan madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.
Walaupun demikian, tidak dapat dinafikan bahwa masih banyak lembaga-lembaga Islam yang jauh tertinggal. Menurut Abd. Assegaf Pendidikan Islam di Indonesia saat ini bisa dibilang mengalami intellectual deadlock (kebuntuan intelektual).
Indikasinya adalah minimnya upaya pembaharuan dalam pendidikan Islam, Praktik pendidikan Islam selama ini masih memelihara budaya lama yang tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual, model pembelajaran yang masih menekankan pada pendekatan intelektualisme verbalistik dan mengenyampingkan urgensi interactive education and communication antara guru dan murid, orientasi pendidikan Islam lebih menitikberatkan pada pembentukan insane sebagai abdun (hamba) bukan pada fitrohnya sebagai kholifah di bumi.
Prospek ke depan
Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, Maka pendidikan Islam dituntut untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi dalam pendidikan. Mulai dari paradigma, sistem pendidikan dan metode yang digunakan. Ini dimaksudkan agar perkembangan pendidikan Islam tidak tersendat-sendat. Sebab kalau pendidikan Islam masih berpegang kepada tradisi lama yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK, maka pendidikan Islam akan buntu.
Menurut Rahmat Ismail (dalam Khozin, 2006) bahwa ada beberapa hal yang perlu dibangun dan diperbaiki kembali dalam pendidikan Islam supaya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu pertama, rekontruksi paradigma, dengan mengganti paradigma yang lama dengan paradigma baru, bahwa konsep pendidikan yang benar harus selalu sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Rekontruksi ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi pendidikan Islam, yakni keluar dari belenggu dikotomi ilmu pengetahuan, keluar dari sistem pendidikan yang doktrinir dan otoriter, terlepas dari penyimpangan profesionalitas pendidik.
Kedua, memperkuat landasan moral. Kita melihat pengaruh dari globalisasi yang telah menimpa Indonesia, moral barat dengan mudahnya masuk ke dalam negari ini dan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia, Maka sangat urgen sekali kalu moral para praktisi pendidikan Islam dibangun dan dibentuk dengan kokoh, supaya tidak terpengaruh dengan budaya barat tersebut. Ketiga, Menguasai lebih dari dua bahasa. Keempat, menguasai komputer dan berbagai program dasarnya, dan kelima, pengembangan kompetensi kepemimpinan.
Adapun menurut hemat penulis agar pendidikan Islam terus berkembang dan selalu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Maka perlu adanya integrasi anrtara pendidikan Islam Tradisional (pesantren) yang sepanjang sejarahnya dikembangkan oleh NU dan pendidikan Islam modern yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Pendidikan Pesantren diharapkan untuk tetap menjaga originilitas ulama’. Sedangkan pendidikan Islam modern diharapkan dapat menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK. Dalam kaedah usul dikatakan “al-muhafadhoh ‘alal qodimis soleh wal akhdu biljadidil ashlah (menjaga tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik)”
Selain itu juga perlu adanya rekontruksi metode atau model pembelajaran yang digunakan di dalam pendidikan Islam. Dalam hal ini pendidikan Islam dapat menggunakan metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Ini diharapkan dapat mengukuti tuntutan anak modern yang selalu kritis dan lebih berpikiran maju dari anak zaman dahulu yang cenderung manut dan tunduk terhadap apa yang disampaikan guru.

*Penulis adalah Aktivis Forum Kajian Studi Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (FORSIFA)

PENDIDIKAN BERBASIS TEKNOLOGI

Oleh: Muhammad Rajab*
Perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi semakin hari semakin pesat. Perkembangan ini dapat mengubah cara berpikir manusia, dari pemikiran tradisional kepada pemikiran modern yang cenderung selalu mengikuti perkembangan zaman.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini ternyata tidak sebatas mengubah cara berpikir manusia. Akan tetapi sudah mulai masuk ke seluruh aspek dan segi kehidupan, mulai aspek politik, ekonomi hingga aspek pendidikan yang merupakan tombak perjuangan bangsa ke depan.
Pendidikan yang dulu dikembangkan menggunakan metode-metode dan media tradisional, kini tak lagi relevan dengan perkembngan zaman. Pendidikan sudah dituntut harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Jika tidak, akan berakibat pada kebuntuan perkebangan anak didiknya.
Misalnya, pembelajaran yang dilakuakan dengan media papan tulis, sekarang kayaknya tak lagi cocok untuk era modern yang serba canggih ini. Walaupun masih ada yang tetap menggunakan media ini. Karena di era modern ini sudah ada yang lebih canggih dan lebih fleksibel dari itu, yaitu dengan menggunakan LCD proyektor.
Dengan menggunakan media ini guru dan murid tidak lagi capek-capek menulis. Cukup persiapan di rumah dengan membuat power point. Dan murid di kelas tak harus menulis, akan tetapi cukup dengan mengcopy file yang sudah dibuat oleh guru.
Pembelajaran dengan media ini lebih fleksibel dibanding dengan papan tulis. Kelebihannya adalah guru sebelum belajar harus mempersiapkan terlebih dahulu di rumah, jadi peguasaan guru terhadap materi lebih mantap. Selain itu, murid di dalam kelas cukup mendengar dan memperhatikan serta mendiskusikan materi yang sudah dibuat oleh guru. Murid tak harus disibukkan dengan menulis yang dapat mengganggu konsentrasinya.
Namun, sangat disayangkan sekali kesadaran para pengasuh lembaga sangat kurang sadar akan efektivitas pembelajaran seperti ini. Mungkin penyebabnya adalah keterbatasan biaya atau ada biaya tapi ada kendala pada tenaga pengajar atau guru yang masih gaptek (gagap teknologi).
Dua kendala di atas harus segera mendapatkan solusi, sehingga pendidikan di Indoneisia bisa berkembang dan tidak menjadi Negara terbelakang khususnya dalam pendidikan. Misalnya, dengan menigkatkan anggaran pendidikan supaya bisa memenuhi kebutuhan media yang berbasis teknologi di dalam lembaga. Adapun untuk mengatasi ketidakmampuan tenaga pengajar terahadap teknologi perlu diatasi dengan mengadakan pelatihan-pelatihan atau penyuluhan tentang pembelajaran yang berbasis IT.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

Oleh: Muhammad Rajab*
Belajar merupakan satu keharusan bagi setiap orang. Tak ada seorang pun yang hidup di dunia ini yang tak ingin belajar. Karena dengan belajar dia akan mendapatkan satu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai sandaran atau pedoman dalam hidup. Sebab hidup tanpa ilmu ibarat orang yang kebingungan di tengah padang pasir yang luas. Tidak tahu kemana dia harus berjalan. Atau seperti orang yang kehilangan arah di tengah lautan yang luas.
Namun, yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa belajar ternyata tak harus melalui bangku sekolah. Melalui lingkungan pun kita bisa belajar. Berapa banyak orang yang kaya raya dan sukses dalam berbisnis yang tidak mempunyai ijasah sekolah. Pernahkah kita mendengar nama Saichiro Honda. Dia adalah seorang pengusaha besar bersal dari Jepang yang tak mempunyai gelar akademik.
Ternyata gelar akademik yang didapat dalam sekolah formal tidak dapat menjamin kesuksesan seseorang di masa yang akan datang. Akan tetapi yang dapat menjadikan seseorang bisa sukses adalah keberanian. Dan keberanian ini tidak diajarkan dalam bangku sekolah. Walalaupun ada, paling hanya segelintir sekolah saja yang mengajarkan anak didiknya untuk menjadi berani.
Namun yang banyak memberikan kontribusi bagi seseorang dalam hidupnya adalah pengalaman. Yaitu pengalaman dari lingkungan hidupnya. Dia dapat mengambil pelajaran dari lingkungan sekitarnya, sehingga ia berani dalam mengambil satu keputusan dan resiko. Seperti melihat bagaimana seseorang menjadi sukses. Baik suskses dalam bisnis ataupun sukses dalam aspek-aspek yang lain. Goete pernah berkata: “Kehilangan milik tak begitu penting, kehilangan kehormatan adalah celaka, tapi yang lebih celaka adalah kehilangan keberanian”.
Kaitannya dengan pembelajaran yang berbasi lingkungan adalah bahwa pembelajran seperti ini dari beberapa aspek mempunyai kelebihan yang signifikan dibandingkan dengan pembelajaran formal di sekolah. Salah satunya adalah pembelajaran berbasis lingkungan memberikan kebebasan kepada kita untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi yang kita miliki. Entah itu mengambil inspirasi dari orang lain ataupun dari lingkungan kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan sekolah formal yang selalu birokratis. Semuanya terikat dengan peraturan perundang-undangan, baik yang dibuat oleh sekolah maupun dari pemerintah. Adanya peraturan-peraturan dapat mengekang kreativitas siswa dalam mengapresiasikan potensi yang dimiliknya. Sehingga siswa tidak dapat bergerak maksimal untuk lebih kreatif dan inovatif dalm menciptkan kreativitas yang baru.
Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di kelas. Akan tetapi di luar kelas pun pembelajran dapat dilakuakan. Kalau hanya menitikberatkan pada pembelajran di dalam kelas. Maka itu merupakan satu penyempitan dalam makna belajar. Karena hakikat belajar adalah bagaimana bisa mendapatkan sesuatu yang baru. Dan itu tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, kapan dan dimanapun kita bisa belajar. Baik belajar di kelas ataupun di lingkungan kita.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

KETIKA BANGSA TIDAK LAGI HUMANIS

Oleh: Muhammad Rajab*
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak pernah terlepas dari bantuan dan pertolongan orang lain. Atas dasar ini, ia dituntut untuk selalu menjaring banyak relasi terhadap orang lain. Baik dalam bisnis, politik, ekonomi, pendidikan dan seluruh aspek kehidupan.
Humanitas merupakan salah satu cara agar seseorang dapat bekerja sama dan tolong-menolong dengan orang lain. Tanpa berkekal humanitas kita tidak akan bisa menjalin hubungan baik dengan orang lain. Karena di dalam humanitas tersebut terdapat nilai-nilai kemanusiaan dan moral yang selalu menjadi sorotan di muka orang lain. Dengan nilai-nilai tersebut orang lain akan tertarik dan selalu ingin menolong dan bekerja sama dengan kita.
Adapun nilai-nilai humanitas tersebut adalah pertama, menghormati dan menghargai orang lain. Ini merupakan sifat dasar dari seorang yang humanis, ia selalu berusaha untuk menghormati orang lain, baik yang terkait dengan perbedaan pendapat, maupun menghormatinya di setiap gerak dan aktivitasnya. Dalam artian bahwa kita tidak boleh sembarangan dalam bertindak tanpa melihat bagaimana orang lain melihat tindakan kita. Kalau tidandakan tersebut bisa merugikan dan mengganggu ketenangan orang lain maka hendaknya dihentikan.
Kedua, Memperhatikan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di dalam satu komunitas atau masyarakat. Orang yang humanis tidak akan bertindak gegabah dan seenaknya sendiri di tengah-tengah masyarakat. Ia akan selalu memperhatikan dan mempertimbangkannya terlebih dahulu apakah perbuatannya tersebut bertentangan atau berlawanan dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Ketiga, Lebih mendahulukan orang lain dari pada dirinya. Sifat seperti susah kita temukan, karena orang yang mempunyai sifat seperti ini sangat langka, apalagi di era modern yang sudah tidak memperhatikan lagi nilai-nilai sebuah kebersamaan (social value).
Terkait dengan nilai-nilai humanitas tersebut sebenarnya Islam sudah mengajarkan kepada kita melalu Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Bagaimana Umar bin Khattab ra. Mengangkat gandum dengan pundaknya sendiri hanya untuk memberikannya kepada salah seorang rakyatnya yang kelaparan saat itu. Selain itu, ketika kaum muhajirin hijrah ke Madinah, kemudian kaum Anshor menyambutnya dengan senang hati dan penuh perhatian, mereka memberikan separoh hartanya kepada kaum muhajirin, bahkan sampai pada istrinya pun kalau mereka akan berikan.
Nah, sekarang bagaimana dengan kondisi bangsa saat ini?, Sudahkah ada nilai-nilai humanitas tersebut pada setiap anak bangsa dan para pembesar-pembesar yang duduk enak di kursi sofa dalam ruangan AC tersebut? Pernahkah para pembesar kita memikirkan kondisi rakyat yang semakin hari semakin terpuruk?, Pernahkah terbesit dalam diri pemimpin kita untuk berusaha semaksimal mungkin meniru Umar bin Khattab dalam melayani rakyatnya?
Beberapa pertanyaan tersbut kalau kita jawab dengan jujur, maka kita akan mengelus hati dan menangis melihat realitas yang terjadi saat ini. Rakyat miskin semakin hari semakin meningkat. Apalagi ditambah dengan naiknya bahan-bahan pokok dan anaiknya BBM serta gas Elpiji. Kondisi rakyat, khususnya rakyat miskin semakin mengkhawatirkan.
Sebulan yang lalu pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 30 persen. Kemudian atas dasar tersebut pemerintah menyarankan kepada penduduk Indonesia untuk beralih dari penggunaan kompor minyak tanah ke gas elpiji, karena dianggap relative lebih murah dibandingkan dengan menggunakan kompor minyak. Tak lama berjalan penggunaan elpiji di sebagian kalangan masyarakat, baru-baru ini harga elpiji dinaikkan lagi sebanyak 17 persen. Dari yang harga sebelum kenaikan 56 ribu pertabung yang kapasitasnya 13 kilogram menjadi 63 ribu pertabungnya. Bahkan, di sebagian pengecer ada yang berani menjual gas elpiji lebih besar dari kebijakan yang sudah ditetapkan tersebut.
Kenaikan harga Elpiji tersebut menjadikan masyarakat semakin hari semakin tertekan dan tak mampu mengimbangi arus naiknya harga tersebut. Apalagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka tak dapat jalan lagi untuk keluar dari problem seperti ini.
BLT yang dicanangkan pemerintah hingga saat ini masih belum menyeluruh dan belum terbagi rata terhadap masyarakat miskin. Kalaupun dapat bantuan BLT, belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kondisi mereka semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Apakah ini yang dinamakan humanis?. Bangsa yang dulu terkenal dengan sopan santun yang bagus dan selalu menghormati orang lain tak lagi kita temukan, walaupun ada paling hanya sebagian kecil saja.
Akibat ketidakhumanisan pemerintah terhadap rakyatnya tersebut muncul berbagai macam permasalahan dan problem-problem baru yang tentunya tidak kita inginkan. Para mahasiswa melakukan demontrasi. Selain itu juga muncul juga bentrokan-bentrokan antara rakyat dengan pemerintah. Ini akan mengakibatkan martabat bangsa ini anjlok di hadapan bangsa lain.
Dengan realitas yang ada tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak mampu menangani msalah-masalah yang menimpa bangsa. Akibatnya bukan hanya Negara yang rugi tapi rakyat sebagai warga Negara pun ikut mencicipi dampak negatirnya.
Permasalahan-permasalahan semacam ini akan terus berkembang dan tumbuh subur jika tidak ada penanganan serius dari pemerintah yang mempunyai wewenang dan otoritas tertinggi di Negara ini. Maka supaya permasalah-permasalahan, tindakan anrkis dan bentrokan antara rakyat dengan pemerintah tidak lagi terjadi di Negara tercinta ini perlu ada pelestarian nilai-nilai humanitas bangsa.
Pemerintah yang duduk di atas harus pro rakyat dan harus memperhatikan permasalahan-permasalahan yang sedang menimpa rakyat. Jika tidak maka kasus kemiskinan, busung lapar dan berbagai macam problem lainnya tidak akan pernah terselesaikan hingga SBY pun lengser dari jabatannya.

*Penulis adalah Aktivis Forum Kajian Studi Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (FORSIFA)

ELPIJI NAIK, RAKYAT TERCEKIK

Oleh: Muhammad Rajab*
Beberapa bulan yang lalu harga BBM naik sebesar 30 persen. Harga bensin sebelum kenaikan BBM tersebut 4.500 rupiah menjadi 6.500 rupiah. Kenaikan ini pada akhirnya berimplikai terhadap naiknya tarif transportasi, baik transportasi laut maupun darat. Selain itu harga minyak tanah pun juga naik, sehingga menjadikan para pengguna kompor minyak keteteran dalam memnuhi kebutuhan sehari-harinya untuk memasak. Kemudian Presiden SBY memberikan kebijakan untuk mengalihkannya kepada gas elpiji.
Tak lama berjalan penggunaan elpiji di sebagian kalangan masyarakat, bulan juli kemarin harga elpiji dinaikkan lagi sebanyak 17 persen. Dari yang harga sebelum kenaikan 56 ribu pertabung yang kapasitasnya 12 kilogram menjadi 63 ribu pertabungnya. Dan bulan agustus ini, PT pertamina menaikkan harga elpji lagi sebanyak 9 persen, dari harga 63 ribu rupiah untuk yang 12 kg, menjadi 69 ribu rupiah. Bahkan, di sebagian pengecer ada yang berani menjual gas elpiji lebih besar dari kebijakan yang sudah ditetapkan tersebut.
Kenaikan harga Elpiji tersebut menjadikan masyarakat semakin hari semakin tertekan dan tak mampu mengimbangi arus naiknya harga tersebut. Apalagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka tak dapat jalan lagi untuk keluar dari problem seperti ini.
BLT yang dicanangkan pemerintah hingga saat ini masih belum menyeluruh dan belum terbagi rata terhadap masyarakat miskin. Kalaupun dapat bantuan BLT, belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kondisi mereka semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Apalagi selain kenaikan harga BBM dan gas elpiji, harga-harga bahan pokok juga ikut naik, khususnya menjelang ramadhan ini. Sehingga masyarakat tidak mampu lagi hidup sejahtera. Kalaupun mampu, mungkin hanya mereka yang berpenghasilan tinggi. Belum lagi biaya pendidikan yang setiap tahunnya meningkat. Mau dibawa kemana rakyat ini?
Pemerintah harusnya introspeksi diri, dan melihat ke bawah bagaimana rakyat menangis dan tercekik. Jangan seenaknya sendiri menaikkan harga tanpa memperhatikan kondisi masyarakat di bawah. Dulu pemerintah pernah menjanjikan untuk tidak menaikkan harga BBM, namun nyatanya bulan kemarin BBM dinaikkan kembali. Di mana kredibilitas pemerintah?.
Melihat kondisi masyarakat yang demikian tercekik dan terpuruk dengan naiknya harga BBM dan gas elpiji serta bahan-bahan pokok tersebut, pemerintah hendaknya memberikan solusi yang terbaik bagi rakyat, agar beban rakyat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sedikit terkurangi. Entah itu dengan menambah lapangan pekerjaan atau solusi yang lain yang sekiranya benar-benar dapat membantu masyarakat miskin dalam mengatasi permasalahan tersebut.

*Penulis: Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

HARGA SEBUAH KARYA

Oleh: Muhammad Rajab*
Seorang seniman berasal dari Spanyol Fancisco De Goya mempunyai tiga karya berupa gambar sketsa yang sempat diperkirakan hilang selama 130 tahun. Ketiga karyanya tersebut terjual seharga 4 juta poundsterling lebih. Salah satu dari sketsa tersebut adalah Down They Come yang menggambarkan empat orang perempuan yang bertarung di atas udara. Karya ini terjual seharga 2,3 juta pounds atau sekitar 41,7 miliar rupiah. Harga tersebut merupakan yang tertinggi untuk sebuah sketsa Goya yang pernah terjual di pelelangan.
Sketsa kedua adalah The Constable Lampinos Stitched Inside a Dead Horse, dari album Image of Spain yang menampilkan pemberontakan petani kecil di Sarangossa Spanyol pada abad ke-18. Karya ini terjua dengan harga 769.250 pounds atau 13,9 miliar rupiah. Dan sketsa yang ketiga adalah Repentance yang menampilkan seorang pria sedang berdoa di depan sebuah Salib, terjual dengan harga 959.650 pounds atau 17,4 miliar rupiah.
Itulah sebuah karya, harga yang dimilikinya sangat mahal. Padahal karya di atas hanya sebuah sketsa atau gambar. Belum lagi karya-karya yang lain seperti tulisan dan lain sebagainya. Kita tahu seorang novelis Andrea hirata dan Habiburrahman. Royalti yang diterimanya mencapai miliaran dari karya novel-novelnya tersebut. Andrea Hirata
Sebuah karya memang merupakan bentuk kreativitas seseorang yang sangat berharga. Apapun bentuk karya tersebut pasti mendapat penghargaan, baik penghargaan berupa materil atau non materil. Materil bisa berupa uang, adapun non materil bisa berupa kepuasan dan kesenangan batin.
Karya memang merupakan satu hal yang seharusnya dihasilkan dari setiap gerak dan aktivitas penduduk Indonesia. Untuk menghasilkan sebuah karya dituntut untuk selalu kreatif dan mempunyai daya nalar imajinasi yang tinggi. Karena pada awalnya sebuah karya muncul karena ada imajinasi.
Dengan imajinasi tersebut diharapkan kita mampu mengapresiasikannya ke dalam tindakan nyata, baik berupa tulisan, lukisan, maupun karya-karya lain yang dapat bermanfaat bagi kehidupan pribadi, masyarakat dan bangsa. Karena sejelek apapun sebuah karya pasti mendapatkan penghargaan, atau paling tidak kita mendapatkan kepuasan karena telah mencoba semaksimal mungkin untuk berbuat.
Walaupun kita mengalami kegagalan dalam berkarya, pada hakikatnya itu bukanlah sebuah kegagalan tapi merupakan kesuksesan yang tertunda. Dalam sebuah pepatah dikatakan “Orang yang gagal bukanlah orang yang jatuh, akan tetapi orang yang gagal adalah orang yang tidak mau bangkit kembali dari jatuhnya”.

*MUHAMMAD RAJAB, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.

DICARI MAHASISWA YANG MAU MENELITI

Oleh: Muhammad Rajab
(Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Unmuh Malang)
Program penelitian adalah program yang relatif rumit. Tak semua orang bisa melakukan penelitian ilmiah, karena memang penelitian ilmiah membutuhkan konsentrasi dan ilmu penelitian (metodologi penelitian) yang cukup. Sehingga untuk mengadakan penelitian ilmiah minimal harus paham metodologi penelitian dasar dan bisa membuat proposal penelitian. Makanya mayoritas peneliti berasal dari para dosen.
Walaupun demikian, untuk meneliti tidak harus menunggu menjadi dosen, bolehlah kita belajar mulai sekarang walaupun masih mahasiswa. Karena ternyata mahasiswa juga mempunyai potensi yang sama dengan dosen, hanya yang membedakan adalah pengalaman dosen lebih banyak dari pada mahasiswa.
Terbukti banyak mahasiswa yang mengajukan proposal penelitian diterima oleh Dikti dan bahkan lolos ke tingkat PIMNAS. Di sini sudah jelas bahwa siapapun itu bisa menjadi peneliti, asalkan punya kemauan yang kuat untuk meneliti.
Melihat potensi yang dimiliki mahasiswa tersebut sekarang Dikti sudah mulai mengadakan program pengajuan proposal kegiatan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), baik yang bentuknya PKMI, PKMK, PKMM, PKMT maupun PKMP. Ini dimaksudkan untuk memberikan fasilitas terhadap mahasiswa agar mereka mau bekerja keras dan bisa menyalurkan potensinya untuk mengembangkan ilmu yang didapatnya dalam bentuk nyata.
Pada bulan September mendatang merupakan batas terakhir pengajuan proposal kegiatan PKM 2008 tersebut untuk mahasiswa. Sehingga mahasiswa mulai persiapan sejak sekarang, mulai dari persiapan menentukan ide hingga objek penelitian yang dituju.
Karena memang, sehabis Ujian Akhir Sekolah (UAS), para mahasiswa harus libur panjang. Nah, untuk mengisi kekososngan tersebut mereka bias mengikuti program PKM ini. Ini dimaksudkan agar waktu yang panjang ini tidak terbuang sia-sia tanpa aktivitas yang bermanfaat.
Kesempatan ini merupakan peluang emas bagi mahasiswa untuk mengajukan proposal penelitian (PKM), karena jika proposal tersebut diterima oleh Dikti, maka kita tidak perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan penelitian, karena Dikti akan membiayainya.
Sekarang tinggal pada kitanya, apakah kita mau megikuti program PKM ini atau tidak. Peluang sudah ada di depan mata, jangan sampai terbuang sia-sia. Karena tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama seperti ini.
Selain itu, ketimbang liburan panjang ini diisi dengan main-main yang tidak ada manfaatnya lebih baik dipakai untuk mengikuti program-program bermanfaat seperti ini. Karena dengan mengikuti program ini ilmu dan pengalaman kita akan bertambah.

AWAS MAKANAN BERACUN!

Oleh: Muhammad Rajab*
Masalah makanan adalah masalah yang sangat urgen, karena makananlah yang membentuk kesehatan dan kestabilan tubuh kita. Jika makanan yang masuk ke dalam tubuh kita adalah makanan yang tidak baik atau beracun maka akan memberikan implikasi buruk terhadap tubuh kita. Sehingga menjadikan tubuh kita tidak stabil yang pada akhirnya akan menggagu aktivitas kita sehari-hari.
Kehati-hatian kita dalam memilih makanan merupakan bentuk perhatian kita terhadap tubuh. Jangan sampai makanan yang masuk ke dalam tubuh adalah makanan yang tidak layak dikonsumsi oleh tubuh. Sebab jika tidak hati-hati dan salah dalam memilih, kita akan menanggung akibatnya sendiri.
Beberapa hari yang lalu sering kita dengar di media cetak dan elektronik, banyak makanan yang mengandung racun, khususnya makanan-makanan yang berbau kimia. Bahkan ada kasus yang sampai meninggal hanya gara-gara makanan tersebut.
Makanan-makanan tersebut kebanyakan terdapat pada makanan ringan (snakc) yang dijual kepada anak-anak di pinggiran jalan sekolah dan jalan-jalan umum lainnya. Salah satu penyebab utamanya yang menjadikan makanan tersbut beracun adalah kadaluarsa. Jadi makanan yang sudah tidak layak konsumsi diproduksi ulang dan dijual kembali kepada khalayak umum.
Melihat fenomena tersebut kita harus hati-hati dalam membeli makanan, karena beberapa makanan, khususnya makanan ringan sudah banyak yang mengandung racun. Khususnya bagi para orang tua, hendaknya bisa mengontrol anak-anaknya untuk tidak membeli sembarang makanan. Tanggal atau batas kadaluarsa dalam membeli makanan harus dilihat secara seksama. Keteledoran dalam membeli makanan bisa menyebabkan kita sakit.
Terlepas dari itu semua, bahwa merupakan tugas pemerintah untuk mengontrol makanan-makanan yang beredar di toko-toko dan di jalan-jalan. Dinas kesehatan harus lebih mencurahkan perhatiannya kemabli terhadap makanan yang sedang beredar di Negara kita.
Karena terus terang kondisi saat ini berbeda dengan dulu. Kalau dulu makanan kebanyakan makanannya alami yang tidak ada unsur kimianya. Akan tetapi sekarang, makanan tidak lagi alami dan sudah banyak bercampur dengan bahan-bahan kimia yang tidak baik untuk dikonsumsi oleh tubuh kita.
Orang sekarang tidak lagi mau repot-repot untuk memasak makanan dan membuat makanan sendiri, karena mereka hanya ingin yang instan dan siap makan. Apalagi didukung dengan aktivitasnya yang banyak menjadikan mereka semakin malas dalam memasak makanan sendiri. Bahkan tidak jarang ditemukan orang yang malas untuk masak nasi dan lauk sendiri dan lebih memilih untuk makan di restoran. Berbeda dengan orang dulu yang mana teknoloigi masih belum menyentuh kehidupan mereka. Mereka rajin membuat makanan sendiri, akan tetapi kualitas makanannya lebih baik dari yang sekarang.
Dan yang perlu dilakukan sekarang adalah hati-hati dalam memilih makanan. Karena makanan sekarang sudah banyak dicampur dengan bahan-bahan kimia.

*Penulis adalah Mahasiswa FAI Universitas Muhammadiyah Malang

APLIKASI ‘NLP’ DALAM PENDIDIKAN

Oleh: Muhammad Rajab*
Sekitar tahun 1970-an, Richard Bandler lulus dari Universitas Calivornia Santra Cruz sebagai sarjana matematika. Waktunya banyak dihabiskan untuk bermain dengan kerumitan komputer dan fisika. Sehingga tak heran, jika banyak orang yang menjulukinya “anak ajaib” di bidang komputerisasi. Namun, dia ternyata mempunyai minat lain yaitu psikologi. Dia senang dan terdorong untuk mempelajari psikologi karena terilhami dari sahabt-sahabatnya yang ahli terapi yaitu, Milton Eriction, Fritz Perls dan Virginia Satir. Kemudian dia mengadakan penelitian dengan menjadikan sahabat-sahabatnya tersebut sebagai objek penelitiannya. Dan pada akhirnya menemukan bahwa ketiga ahli terapi tersebut telah menemukan kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang mnghasilkan prestasi luar biasa.
Setelah mempelajari pola-pola tingklah laku yang diperbuat oleh mereka, Richard Bandler berusaha mencoba untuk membuat modelnya. Dia menjiblak strategi-strategi pribadi dan tingkah laku, lalu mencobanya pada beberapa orang lain. Ternyata hasilnya sangat memuaskan. Penemuannya menjadi landasan Neuro-Linguistic Programming (NLP), atau bisa disebut juga dengan Program Pembentukan Manusia Sempurna.
Adapun definisi NLP sendiri banyak perbedaan, di antaranya adalah yang dikatakan oleh Carol Harris penggagas elemen-elemen dasar NLP, NLP adalah keingintahuan, panduan pemikiran, pembelajaran hakikat pengalaman, dan perangkat lunak otak. Sedangkan menurut Steve Andreas bahwa NLP merupakan studi tentang kesempurnaan manusia. Cara untuk lebih sering menunjukkan aksi terbaik, pendekatan bernas dan praktis dalam mengubah diri. Yang lain juga ada yang mengatakan bahwa NLP adalah teknologi baru pencetak prestasi.
Walaupun banyak perbedaan dalam beberapa definisi di atas, namun kita bisa kembali kepada makna dasar NLP itu sendiri. Menurut Dr. Ibrahim Elfiky bahwa difinisi yang lebih ilmiah dari NLP adalah Neuro, mengacu ke sistem saraf kita, corong penghubung lima indra kita. Linguistic, kemampuan alami berkomunikasi secara verbal dan non verbal. Verbal mengacu pada pilihan-pilihan kata dan frase yang mencerminkan dunia mentalitas kita. Non verbal berkaitan dengan “bahasa sunyi” seperti postur, gerak-gerik dan tingkah laku. “Bahasa sunyi” melahirkan gaya berfikir dan kepercayaan. Programming, Mengacu pada pola berpikir, perasaan dan tingkah kita. Perilaku dan kebiasaan keseharian kita dapat diganti dengan perilaku dan kebiasaan baru yang lebih positif.
Dari beberapa perbedaan definisi di atas kita tidak boleh menyalahkan satu sama lain, semuanya benar karena yang terpenting di sini adalah bagaimana membentuk kepribadian yang handal dan menciptakan prestasi, baik dengan menguatkan mental dan memperbaiki cara berkomnusikasi melalu NLP ini.
Namun, untuk mengaplikasikan NLP sendiri kita perlu tahu asumsi-asumsi dasar NLP tersebut. Karena dengan adanya asumsi-asumsi dasar tersebut, kita akan mengetahui dan mempunyai pegangan serta satandar yang bisa dijadian patokan dalam bergerak dalam dunia pendidikan, baik bagi guru maupun peserta didik.
Menurut Elfiky (2006) bahwa asumsi-asumsi dasar dari NLP adalah (1) menghormati orang lain membentuk dirinya, (2) peta bukanlah wilayah, (3) selalu ada maksud baik dari setiap tingkah laku, (4) tidak ada orang yang kaku hanya komunikator kurang fleksibel, (5) makna komunikasi adalah respon yang anda peroleh, (6) seseorang dengan fleksebelitas akan mampu mengontrol dirinya, (7) tak ada kegagalan, hanya umpan balik yang kurang tepat, (8) Setiap pengalaman memiliki strukturnya sendiri, (9) Jika kita mengubah struktur dengan sendirinya struktur akan berubah, (10) manusia mempunyai dua tingkatan komunikasi, sadar dan bawah sadar, (11) semua orang mempunyai sumber-sumber yang cukup guna mengubah diri ke arah yang lebih positif. Sumber-sumber tersebut berada di pengalaman masa lalu masing-masing. (12) tubuh dan pikiran saling mempengaruhi, (13) jika sesuatu mungkin bagi seseorang, maka hal itu juga mungkin bagi yang lain, (14) saya bertanggung jawab tentang pikiran saya, oleh kaena itu saya juga bertanggung jawab atas hasil yang saya peroleh.
Dari beberapa asumsi dasar tersbut, diharapkan bisa memberikan satu pegangan dan sandaran yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan. Dengan bersandar pada beberapa asumsi tersebut kita bisa mengetahui apa yang harus kita pikirkan, kerjakan dan rencanakan untuk ke depannya demi pengembangan kualitas pendidikan yang ada pada setiap lembaga pendidikan atau pengembangan kualitas dan potensi diri secara mandiri (individual quality).
Penerapan NLP tersebut dalam pendidikan dimaksudkan agar dapat mengubah paradigma dan cara pandang serta metode pembelajaran yang selama ini kurang dapat menyentuh dan tidak dapat mengubah kualitas peserta didik secara maksimal. Karena yang selama ini terjadi adalah cara mengajar guru di dalam kelas cenderung membosankan.
Jika kita melihat kepada makna dan maksud dari kata per kata yang terdapat dalam asumsi-asumsi dasar NLP tersebut, maka kita akan menemukan satu paradigma baru yang dapat dikembangkan dalam pendidikan. Misalnya, asumsi kedua bahwa peta bukanlah wilayah. Maksudnya adalah untuk membetuk diri menjadi yang lebih baik, atau dalam belajar suatu ilmu tidak ada batasan ruang dan waktu, di manapun dan kapanpun kita harus tetap belajar. Ketika hal ini dipahamkan kepada peserta didik, maka mereka akan mempunyai cara pandang baru bahwa belajar tidak cukup di dalam ruangan kelas.
Misalnya lagi pada asumsi yang ke tiga belas bahwa jika sesuatu itu mungkin bagi seseorang, maka hal itu juga mungkin bagi yang lain. Di dalam asumsi ini jelas bahwa tak ada sesuatu yang tidak mungkin asalkan mau berusaha dan bekerja keras. Kita melihat orang yang pintar dan ahli dalam bidang tertentu, kita juga bisa melakuakan itu, tentunya dengan usaha dan bekerja keras untuk mencapai hal tersbut.
Tidak hanya dua asumsi dasar NLP tersebut yang dapat kita ambil untuk kita terapkan dalam pendidikan kita. Akan tetapi semua asumsi tersebut dapat diaplikasikan dalam pembelajran dan dijadikan prinsip-prinsip dasar pendidikan kita. Ini diharapkan dapat mengubah dan meningkatkan kualitas peserta didik. Sehingga bangsa yang selama ini kualitas pendidikannya berada di bawah bisa terangkat.
Bagi seorang guru harus bisa dan paham tentang konsep ini. Jika tidak dia akan bertindak dan mengajar semaunya sendiri tanpa memperhatikan kebutuhan peserta didiknya. Selain itu guru harus selalu menanamkan asumsi-asumsi dasar NLP tersbut kepada peserta didik.
Jika prinsip-prinsip ini sudah tertanam dalam diri anak, maka anak akan selalu kreatif dan inovatif dalam menciptakan hal-hal yang baru sesuai dengan kemampuannya. Dengan kreativitas tersebut anak akan selalu bangga dan berfikir maju serta selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, jika prinsip ini tertanam pada diri setiap peserta didik, maka guru tidak perlu susah-susah dalam mengajak dan mengajar mereka. Karena mereka sudah punya spirit yang kuat (a strength spirit) untuk maju secara mandiri. Guru hanya tinggal mengingatkan dan mengarahkan anak terhadap apa yang mereka butuhkan ke depannya.
Akan tetapi satu hal yang perlu diingat bahwa metode pengajaran yang digunakan oleh guru dalam menerapkan NLP ini tidak boleh sama dengan metode pembelajaran seperti orang dahulu yang cenderung menitikberatkan semua materi pada guru dan tidak ada kontribusi murid di dalamnya kecuali hanya mendengarkan saja apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Pendekatan yang sangat cocok menurut hemat penulis untuk digunakan dalam menerapkan NLP ini adalah konsep pendidikan modern yaitu CTL (Contextual Teaching And Learning).
Karena di dalam konsep ini mempunyai tiga prinsip dasar yang sangat mirip dengan NLP, yaitu pertama, prinsip kesaling-bergantungan. Maksudnya di sini bukan kita bergantung kepada orang lain, tapi yang dimaksud adalah bahwa manusia dengan manusia yang lain dan dengan alam mempunyai hubungan. Dengan ini akan tercipta kretivitas yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan lingkungannya.
Kedua, prinsip diferensiasi. Maksudnya adalah bahwa setiap orang mempunyai satu perbedaan dengan yang lain. Setiap mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk membentuk dirinya sendiri. Ketiga, Prinsip pengaturan diri. Ini maknanya bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk mengatur dirinya sendiri menjadi yang lebih baik.

*Penulis adalah Penggiat dan Pengamat Pendidikan tinggal di Malang

TELEVISI DAN MORAL BANGSA

Oleh: Muahammad Rajab*
Tidak dapat kita pungkiri bersama, kemajuan teknologi semakin hari semakin pesat, khususnya teknologi informasi seperti televisi, internet dan lain sebagainya. Kemajuan teknologi ini tidak hanya mengubah gaya hidup masyarakat, akan tetapi juga telah mengubah cara pandang dan paradigma masyarakat terhadap segala sesuatu. Semua sendi dalam kehidupan masyarakat telah disentuh oleh teknologi.
Kalau kita mau melihat pada televisi, teknologi ini seakan menjadi teman makan, tidur, curhat dan bahkan bisa menjadi guru bagi kita. Siapa yang dapat memungkiri, mayoritas rumah-rumah khususnya di Malang dan umumnya di Indonesia tidak dapat terhindarkan dari televise. Bagi yang tidak punya televisi dianggap orang yang ketinggalan zaman dan informasi.
Secara objektif televisi sebenarnya dapat memberikan dampak negatif dan dapat pula memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Dampak positifnya misalnya, dengan adanya televisi, kita bisa menonton berbagai macam berita dan informasi di berbagai penjuru denia dengan lebih jelas dibandingkan dengan media cetak. Selain itu, data dan informasi yang kita dapat lebih akurat.
Adapun, satu hal yang terkadang kita kurang menyadarinya, bahwa televisi juga dapat memberikan dampak negatif, khususnya bagi anak-anak. Pengaruh yang dihasilkan televisi terhadap jiwa anak sangat signifikan. Kalau televisi tersebut menayangkan sesuatu hal yang tidak mendidik moral anak, maka perilaku (attitude) anak akan mudah terkontaminasi dengan apa yang dilihat dan disaksikannya di layar kaca.
Dalam ilmu pendidikan terdapat tiga teori dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, yaitu nativisme (teori yang mengatakan bahwa manusia tergantung gen yang dibawa dari orang tuanya), impirisme (teori yang mengatakan bahwa manusia sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan), dan konvergensi (penggabungan antara nativisme dan impirisme).
Dan jika kita lihat juga dalam disiplin ilmu psikologi perkembangan, ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor lingkungan. Akan tetapi yang paling dominan di sini adalah faktor lingkungan. Dalam sebuah hadits dikatakan: “Setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”.
Dan satu hal yang perlu kita ketahui, khususnya bagi orang tua, bahwa seseorang yang masih berada pada masa anak-anak, kecenderungan untuk meniru sesuatu yang dilihatnya sangatlah besar. Moralnya bisa menjadi buruk dan juga bisa menjadi baik tergantung dengan apa yang dilihat dan disaksikan di hadapan matanya. Jika yang dia lihat sehari-harinya adalah sinetron, maka jangan salahkan anak kalau dia seneng pacaran di masa anak-anak. Dan ini jelas membahayakan anak, khususnya bagi pendidikannya. Dengan pacaran, konsentrasi anak akan terganggu, sehingga akan berakibat fatal terhadap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
Rusaknya konsentrasi anak terhadap pendidikan merupakan satu problem besar yang nantinya akan berakibat fatal terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Karena anak adalah generasi penerus yang akan meneruskan perjuangan bangsa ke depan. Di tangannya terdapat tanggung jawab untuk meneruskan para pendahulunya dalam mengembangkan dan memajukan bangsa. Mana mungkin bisa memajukan bangsa kalau moral dan pendidikannya rendah?.
Oleh karena itu, para orang tua hendaknya dapat mengontrol anak di dalam rumahnya, khususnya ketika dia menonton televisi. Sebab, tayangan-tayangan yang ada saat ini mayoritas tayangan-tayangan yang tidak mendidik, seperti sinetron, film horor dan tayangan yang tidak mendidik lainnya. Mengontrol dalam artian bukan berarti melarang anak, akan tetapi meluruskan apa yang dikerjakan dan dilihat anak di telivisi. Sebab, jika anak dilarang untuk berbuat sesuatu, sepeerti dengan mengatakan kata-kata “jangan”, ini akan mengedonkan mental dan psikis anak.
Selain itu, para orang tua juga hendaknya pandai-pandai memberikan pengarahan dan pemahaman terhadap anaknya, bahwa televisi bukanlah satu hal yang seharusnya dia tonton setiap hari. Akan tetapi bagaimana si orang tua dapat memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya pendidikan. Karena penyadaran yang diberikan orang tua kepada anaknya lebih efektif dibandingkan dengan memberikan larangan kepada anak untuk melakukan suatu perbuatan. Dengan kesadaran tersebut diharapkan anak berbuat sesuatu atas kesadaran dirinya dan bukan karena pakasaan dari orang tua.
Jika anak dapat terhindar dari bahaya televisi, yang sering sekali menampilkan film-film tak mendidik dan tidak mencerminkan nilai-nilai kepribadian bangsa, seperti sinetron, film mistis dan semacamnya, maka moral anak secara otomatis akan terhindar dari penetrasi moral dan budaya barat yang sengaja diselipkan dalam tayangan-tayangan televisi dan tidak mencerminkan nilai-nilai kesopanan sebagaimana yang telah menjadi junjungan bangsa Indonesia. Sehingga dari itu diharapkan dapat membentuk dan memperbaiki moral bangsa yang hari ini masih terpuruk.

*Penulis adalah Aktivis Forum Studi Islam FAI dan Reporter BESTARI UMM.

SUMPAH PEMUDA DAN SEMANGAT BERSATU

Oleh: Muhammad Rajab*
Oktober adalah bulan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Sebab di sinilah para pemuda bangsa mengikrarkan dirinya untuk tetap bersatu walaupun mereka berbeda suku, ras, budaya dan agama. Semangat mereka yang tinggi tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membangun Indonesia ke depan. Sehingga, setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingatinya.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang diadakan setiap tahun di negeri ini merupakan salah satu bentuk pengenangan terhadap jasa-jasa para pemuda kita yang telah memperjuangkan bangsa supaya tetap bersatu dan tidak bercerai berai. Sekligus juga untuk membangkitkan kembali semangat para pemuda bangsa hari ini demi menjaga kesatuan tersebut.
Karena satu hal yang tidak dapat kita pungkiri, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai macam ras, suku, bahasa, agama dan budaya. Keanekaragaman ini akan menjadi aset yang sangat berharga bagi bangsa jika di dalamnya terjalin persatuan dan kesatuan. Namun, jika yang terjadi sebaliknya (tidak bersatu), maka aset yang berharga tersebut akan berbalik menjadi malapetaka yang dapat menghancurkan bangsa.
Kita ingat, bagaimana usaha belanda untuk memecah belah bangsa kita. Mereka memberlakukan politik pecah belah (divide of impera). Tujuan Belanda tidak lain adalah untuk memecah belah dan mengadu domba antar suku dan golongan. Yang pada akhirnya, jika rakyat sudah mudah untuk diadu domba, mereka akan mudah untuk menjajah dan menguasai bangsa kita tanpa mengeluarkan banyak tenaga.
Terlepas dari itu semua, kenyataan yang ada di Indonesia saat ini adalah bahwa bangsa kita sedang mengalami krisis persatuan. Kenapa saya katakana seperti itu?. Kita lihat bersama pergulatan dan persaingan antar giolongan, partai, agama sangat tidak sehat sekali. Kita lihat kasus penyerangan di Munas beberapa bulan yang lalu. Belum lagi yang saling gontok-gontokan antar para pemimpin partai atau golongan. Mereka saling membenarkan golongannya sendiri dan menyalahkan golongan yang lain.
Hal itulah yang akan menjadikan bangsa makin hari semakin terpecah belah dan terkotak-kotak. Dan ini merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi Indonesia. Sebab, jika antar suku, golongan yang ada tidak bersatu lagi untuk membela bangsa, maka Negara lain akan mudah menjajah kita.
Nah, hari Sumpah Pemuda kali ini hendaknya dijadikan kesempatan emas bagi kita semua sebagai rakyat Indonesia untuk mengembalikan semangat para pemuda yang dulu pernah ada pada diri para pemuda bangsa. Dan, peringatan hari Sumpah Pemuda ini jangan hanya dijadikan sebagai keghatan rutinitas tahunan semata tanpa bisa mengambil makna dari peringatan tersebut.

*Penulis adalah Mahasiswa Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang

RETROSPEKSI KAUM MUDA


Oleh: Muhammad Rajab*
28 Oktober 1928 Indonesia dikejutkan dengan peristiwa yang sangat berharga, yaitu pemuda yang berbeda ras, suku dan bahasa mengikrarkan dirinya untuk bersatu membela bangsa. Adapun tokoh-tokoh yang mempolopori sumpah pemuda di antaranya Moh. Yamin, Amir Syarifuddin, Senduk dan J. Leimena.
Sumpah pemuda merupakan salah satu kekuatan besar bagi Indonesia untuk melawan kolonial Belanda yang telah bertahu-tahun menjajah bangsa. Yang pada akhirnya 17 tahun setelah sumpah pemuda diikrarkan oleh para kaum muda, Indonesia dapat merdeka daru imperialisme Belanda.
Peristiwa tersebut memberikan pandangan kepada kita sebagai kaum muda, bahwa pemuda merupakan tombak perjuangan bangsa. Di tangannya terdapat kekuatan yang tidak dimiliki kecuali oleh pemuda. Sampai-sampai Soekarno meminta 10 orang pemuda untuk mengubah dunia.
Tentunya kaum muda harus menyadari bahwa dirinya mempunyai peranan penting dalam perjuangan bangsa. Karena dalam suatu negeri, jika pemudanya rusak maka rusalah negeri tersebut. Namun, jika pemudanya baik, maka negeri tersebut akan berkembang menjadi negeri yang baik dan maju. Dalam pepatah arab dikatakan “Syubbanul Yaum Rijaalul Ghad, (pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan)”.
Peringatan hari Sumpah Pemuda kali ini hendaknya menjadi sarana dan peluang bagi kaum muda untuk introspeksi diri, apakah kaum muda sampai detik ini telah menjalankan perannya sebagai pemuda bangsa?. Atau malah menjadi bumerang bagi bangsa dengan banyak melakukan pelanggararan terhadap norma-norma yang berlaku.
Jika kita mau menenguk ke belakang, ternyata pemuda bangsa hari ini masih banyak yang tidak menyadari akan perannya dalam roda perjuangan bangsa. Minimnya atau tidak adanya kesadaran pada diri pemuda akan perannya menjadikan pemuda-pemuda bangsa berbuat dan bertindak melampaui batas. Dalam artian mereka tidak mau diatur dengan norma-norma agama atau masyarakat serta bangsa.
Oleh karena itu, pemuda hari ini hendaknya melihat kepada para pemuda bangsa yang telah memperjuangkan bangsa hingga Indonesia merdeka. Semangat yang dulu pernah ada pada kaum muda seharusnya ditiru oleh kaum muda hari ini dan diinternalisasikan dalam jiwa-jiwa mereka. Sebab, Indonesia sekarang masih dijajah. walaupun secara fisik tidak nampak tapi seara moral Indonesia sedang dijajah oleh Barat.
Untuk itu, dengan munculnya semangat pemuda seperti para pemuda terdahulu diharapkan dapat mengeluarkan dan memerdekakan bangsa dari penjajahan moral yang sedang menimpa bangsa. Karena telah nyata, bahwa yang menyebabkan Indonesia merdeka dari imperiaisme Belanda adalah karena desakan kaum muda.
*Penulis adalah Mahasiswa Tarbiyah dan Aktivis Pers Kampus Universitas Muhammadiyah Malang

ROLE MODEL BUAT PARA GURU

Oleh: Muhammad Rajab*
Kehadiran novel dan film Laskar Pelangi menjadi perhatian besar bagi mayoritas penduduk Indonesia. Sampai-sampai Presiden SBY pun ikut terpikat dan tertarik dengan hadirnya novel dan film tersebut. Sehingga, dalam waktu yang sekejab Laskar Pelangi menjadi novel yang sangat menomenal di tengah-tengah masyarakat Indonesia, bahkan di luar negeri.
Di dalam novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata ini, diceritakan tentang seorang guru yang benar-benar ikhlas dan tulus dalam mengajar anak-anak didiknya, yaitu Ibu Muslimah. Dalam mengajar dia tidak pernah mengeluh dengan sikap dan kelakuan anak-anaknya. Bahkan diceritakan, dia tidak pernah menyakiti hati dan fisik mereka, walaupun gaji yang diterimanya sangat pas-pas an.
Ketulusan Ibu Muslimah dalam mengajar telah memberikan pengaruh besar terhadap semangat anak didiknya untuk menuntut ilmu. Walaupun mereka semua belajar di sekolah SD Muhammadiyah yang sangat terbatas fasilitasnya, mereka tidak pernah lemah semangatnya untuk menuntut ilmu. Dan itu merupakan salah satu hasil dari pengajaran spirit dan emosi yang telah diajarkan Bu Muslimah terhadap anak-anak laskar pelangi.
Walhasil, anak-anak tersebut berhasil meraih prestasi yang sangat tidak disangka-sangka pada waktu itu, yaitu dapat mengalahkan SD PN Timah dalam lomba karnafal dan cerdas-cermat. Padahal, jika dilihat dari segi fasilitas dan tenaga pengajar, SD PN Timah jauh lebih tinggi dibanding dengan SD Muhammadiyah tempat anak-anak “laskar pelangi” belajar.
Dengan demikian, munculnya novel dan film Laskar Pelangi ini, setidaknya guru mempunyai satu contoh atau role model dalam mengajar anak didiknya. Bahwa mengajar diperlukan ketulusan dan keikhlasan serta benar-benar untuk mencerdaskan anak bangsa, dan tidak hanya ingin mendapatkan honor semata. Walaupun adanya hal tersebut merupakan salah satu penunjang agar guru lebih semangat, namun perlu disadari dari kisah tersebut bahwa mengajar anak-anak bangsa agar mereka cerdas mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada uang.
Disadari atau tidak, dalam masyarakat komunal seperti penduduk negeri ini, keberadaan figur teladan (role model) itu sangat penting. Masyarakat perlu penguatan untuk membangun kepercayaan diri bahwa langkahnya sudah ada pada jalur yang tepat. Jangankan untuk berbuat baik, terkadang berbuat jahat pun diperlukan role model, minimal teman curhat. Saat kesulitan menemukan figur panutan tingkat nasional, maka figur lokal pun, seperti Bu Muslimah dikarenakan karakter dan ketokohannya yang kuat bisa dijadikan alternatif teladan.
Salah satu contoh konkrit, guru yang benar-benar terpikat dengan kelakuan dan karakter Bu Muslimah adalah Maisaroh seorang guru SD Negeri I Pamejahan. Dalam buku Laskar Pelangi The Phenomenon yang ditulis oleh seorang jurnalis majalah Gatra Asrori S. Karni, disebutkan pernyataannya, “saya ingin jadi the next Bu Muslimah”. Dia mengetahui sosok Bu Mus dari acara Kick Andy edisi Laskar Pelangi awal oktober 2007.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

MENANGGAPI RENCANA TURNNYA HARGA BBM

Oleh: Muhammad Rajab*
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa bulan yang lalu telah memberikan efek dan dampak besar terhadap harga bahan-bahan pokok di masyarakat. Tentunya hal tersebut hingga saat ini menjadi perhatian besar bagi pemerintah, aktivis organisasi sosial dan seluruh elemen dan komonitas di masyarakat.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh naiknya harga minyak dunia. Saat itu harga minyak mencapai kisaran di atas US$ 105 bahkan US$ 140 per barel. Sehingga mau tidak mau pemerintah mengambil keputusan untuk menaikkan harga BBM, walaupun mayoritas masyarakat tidak setuju dengan keputusan tersebut. Karena memang sudah jelas, dengan naikknya harga BBM akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat.
Akan tetapi sekarang harga minyak dunia seudah mulai mengalami penurunan yang signifikan. Kini harga minyak dunia berkisar US$ 63 per barel. Jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak dunia saat pemerintah menaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu. Sehingga pemerintah mau tidak mau juga seharusnya menurunkan harga BBM.
Menanggapi fenomena seperti ini pemerintah SBY merencanakan untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sekarang harganya masih tinggi. Rencana SBY ini mendapat perhatian besar dari masyarakat. Sebab, hal ini merupakan kabar gembira bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang hidupnya masih pas-pasan. Karena secara tidak langsung jika BBM turun, maka harga bahan-bahan dan harga kebutuhan masyarakat juga akan turun.
Rencana baik ini diharapkan tidak hanya janji di mulut presden saja kepada jurnalis dan masyarakat. Akan tetapi perlu perwujudan nyata. Sebab, sudah lama rakyat menangis dan menjerit akibat naiknya harga BBM beberapa bulan lalu yang juga disusul dengan naiknya harga bahan-bahan makanan.
Selain itu, masyarakat sudah lama menunggu harga barang-barang dan BBM turun. Mereka sudah tidak tahan lagi untuk menanggung biaya hidup mereka sehari-hari disebabkan harga-harga yang terus melambung. Walaupun masih banyak di antara masyarakat tersebut orang-orang yang kaya, akan tetapi turnnya harga BBM dan bahan-bahan makanan tetap menjadi harapan kita bersama.
Terlepas dari itu semua, kita patut berdo’a agar kabar gembira ini, yaitu rencana turunnya harga BBM ini dapat terealisasi dalam waktu dekat. Sehingga juga dengan segera beban biaya hidup masyarakat sedikit terkurangi.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

PENDIDIKAN ANTI KEKERASAN

Oleh: Muhammad Rajab*
Pendidikan merupakan satu hal yang sangat urgen dalam kehidupan. Karena dengan pendidikan seseorang bisa mengatur dan mengembangkan potensi atau bakat yang telah dimilikinya sejak lahir ke dunia. Sebab, jika bakat tersebut tidak dikembangkan melalaui pendidikan, maka tidak akan ada perkembangan dalam dirinya.
Dalam dunia pendidikan terdapat tiga teori dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan roda pendidikan, yaitu nativisme, empirisme dan konvergensi. Nativisme maksudnya bahwa perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh bakat atau gen dari kedua orang tuanya. Kemudian empirisme adalah perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan konvergensi adalah penggabungan antara keduanya.
Terlepas dari itu semua, dalam dunia pendidikan ada lima komponen pokok yang tidak akan pernah lepas darinya, yaitu pendidik, peserta didik, materi, metode dan media (alat). Antara satu komponen dengan komponen lain harus ada integrasi yang seimbang. Jika terjadi kepincangan di antara salah satunya maka proses pendidikan akan mengalami hambatan-hambatan yang signifikan dan nantinya akan dapat mengurangi keberhasilan dari pendidikan tersebut.
Adapun pendidik sebagai orang pertama yang berperan dalam pendidikan harus pandai-pandai menguasai lapangan dan peserta didiknya. Sebab, pendidik mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan tersebut. Jika terjadi kesalahan metode dalam proses pembelajarannya, maka akan berakibat fatal terhadap anak didiknya.
Satu hal yang perlu ditinggalkan dalam dunia pendidikan adalah kekerasan. Jangan pernah bersikap keras kepada anak didik. Keras di sini bukan berarti tidak boleh tegas kepada anak didiknya. Akan tetapi keras dalam artian, tidak boleh menyakiti mereka, baik psikis maupun fisiknya.
Kekerasan terhadap anak didik dapat menimbulkan pemberontakan dari anak didik terhadap pendidik. Jika anak-anaknya sudah berontak dan tidak senang terhadap pendidik, maka akan berimplikasi pada proses pendidikan dan pembelajaran serta perkembangan anak didik, baik kognisi, afeksi maupun psikomotoriknya.
Oleh karena itu, para pendidik ataupun guru baik formal maupun non formal hendaknya meninggalkan tindak kekerasan terhadap anak didik. Sebab, hal ini dapat mengganggu kelancaran dari proses pendidikan tersebut dan juga akan dapat menghambat perkembangan peserta didik.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

NAIK KAPAL MENYEBALKAN


Oleh: Muhammad Rajab*
MUDIK, itulah kata yang sering kita dengar ketika menjelang lebaran. Kata terebut dapat dipahami, orang yang kembali ke daerahnyha setelah lama merantau di daerah orang lain. Mudik bagi sebagian orang merupakan hal yang sangat menyenagkan, sebab mereka akan bertemu kembali dengan keluarganya setelah lama tidak berjumpa.
Namun, ada juga yang tidak terlalu senang dengan mudik, apalagi yang di perjalannya banyak terdapat kendala transportasi. Seperti halnya ketika naik kapal. Naik kapal memang enak dan menyenangkan. Namun, jika penumpang dalam kapal melebihi kapasitas yang telah ditentukan, maka rasanya akan terasa beda, sepereti penat, capek dan tidak tenang. Hal tersebut disebabkian oleh kondisi kapal yang sesak.
Pengalaman saya ketika pulang kampung alias mudik ke pulau Kangean Madura. Kapal penumpang yang saya naiki sangat penuh sekali. Sampai-sampai banyak orang yang tidak mendapatkan tempat. Walaupun demikian, tetap saja para petugas kapal menerima penumpang yang masuk.
Yang pasti, naik kapal yang semacam ini sangat menyebalkan. Di dalam kapal tidak nyaman, dan angkutan kapal yang meleihi kapasitas yang telah ditentukan akan menambah kemungkinan resiko tenggelam.
Fakta seperti ini tidak boleh didiamkan oleh pihak yang bertanggung jawab, mulai dari pemerintah yang paling rendah (tingkat kabupaten) hingga paling tinggi di negeri ini. Sebab, jika kasus semacam ini tidak ditangani secara serius, maka ini akan terus berlanjut, sebab mereka (para petugas kapal) tidak akan merasa bersalah karena tidak ada yang menegur dan mengingatkan mereka.
Pemerintah hendaknya bersikap tegas dalam hal ini. Dan kalau bisa jumlah kapal ditambah agar dapat mengurangi kesesakan yang telah terjadi. Sebab agar teransportasi laut nyaman, aman dan tenang dan Negara kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari berbagai macam pulau dapat tercapai.
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

MURIDMU BUKAN BEBEK


Oleh: Muhammad Rajab*
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dalam kehidupan. Dengan pendidikan kita bisa mengetahui dan menambah wawasan. Dengan pendidikan pula kita bisa menjadi orang yang lebih baik dan bermoral. Selain itu, kita bisa bekerja karena pendidikan. Sehingga dengan demikian pendidikan memegang peranan penting dalam roda kehidupan.
Di dalam melaksanakan aktivitas pendidikan metode pembelajaran mempunyai peraranan yang signinifikan. Sebab, jika terjadi kesalahan dalam mengajar dan mendidik peserta didik, maka tujuan mulia pendidikan akan sulit dicapai. Banyak guru yang gagal dalam mendidik muridnya karena kesalahan metode dalam mengajar.
Salah satu contoh metode pembelajaran yang salah adalah memberikan batasan kepada murid dalam berkarya dan mengembangkan kreativitasnya. Guru tidak boleh mengatakan kata-kata “jangan” kepada muridnya. Sebab hal ini akan memberikan dampak negatif terhadap psikisnya. Akan tetapi seharusnya guru lebih menekankan aspek kesadaran bukan larangan. Seperti dengan mengatakan “kalau kamu berbuat seperti ini maka akibatnya seperti ini”. Perkataan ini lebih baik dan lebih memberikan kesadaran kepada anak didik dari pada membentak dengan mengeluarkan kata-kata “jangan”.
Selain itu, kesalahan metode pendidikan yang sering terjadi pada guru adalah guru menyuruh dan memerintahkan murid untuk bersandar kepada buku diktat semata dalam belajar tanpa membebaskan anak untuk mencari dan menganalisa buku-buku lain yang dapat dijadikan tambahan wawasan baginya. Akibatnya, wawasan anak atau peserta didik akan dangkal. Dan ini akan menjadikan perkembangan kognitifnya tersendat.
Misalnya, ketika seorang guru memberikan soal-soal kepada murid. Kemudian si murid menjawab dengan jawaban lain yang tidak ada dalam buku diktat atau panduan, maka guru akan menyalahkannya. Ini merupakan kesalahan yang mungkin kurang disadari oleh para guru.
Dalam hal ini murid seakan-akan bebek yang selalu harus ikut induknya. Potret pendidikan seperti ini merupakan potret pendidikan yang tidak benar, sebab hal ini akan menjadikan kreativitas yang dimiliki anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, agar kreativitas dan bakat anak atau murid dapat berkembang dengan baik, hendaknya para guru tidak menjadikan murid-muridnya seperti bebek. Dalam artian murid harus selalu ikut kata-kata guru. Akan tetapi, memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkreativitas sebagaimana minat dan bakat yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Jangan anak yang berbakat menyanyi misalnya dipaksa untuk menjadi seorang pelukis, ya tidak mungkin terpacai.
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

JANGAN RUSAK CITRA MAHASISWA

Oleh: Muhammad Rajab*

Ir. Sukarno pernah berkata: “Berikan saya 10 orang pemuda, akan saya ubah dunia”. Dalam pepatah arab juga dikatakan “syubbanul yaum rijaalul ghod (pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Atau ada juga istilah lain yang mengatakan bahwa pemuda adalah tombak perjuangan bangsa.
Beberapa ungkapan tersebut sama-sama menunjukkan bahwa ternyata pemuda mempunyai peranan penting dalam memperjuangkan bangsa. Pemuda adalah generasi masa depan yang dengan tangannya diharapkan dapat mengubah bangsa menuju bangsa yang bermoral dan beradab serta bangsa yang mempunyai peradapan maju.
Mahasiswa merupakan salah satu dari bagian pemuda tersebut. Oleh karena itu mahasiswa sebagai orang yang tertinggi jenjang pendidikannya diharapkan dapat menjadi agent of social change (agen perubahan social) di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, mahasiswa mempunyai citrra baik di tengah-tengah masyarakat, yaitu sebagai kaum yang mempunyai intelktual bagus yang dapat diharapkan muncul darinya ide-ide yang cemerlang dan berlian untuk kemajuan masyarakat dan bangsa.
Namun, Citra baik mahasiswa tersebut akan terkotori jika mahasiswa melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial di masyarakat, baik masyarakat kampus maupun masyarakat secara luas. Sebab, masyarakat akan menilai akan tindakan mahasiswa tersebut. Dengan demikian secara tidak langsung citra baik tersebut akan semakin memudar bahkan bisa saja hilang, jika mahasiswa terlalu sering melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma yang ada.
Jika kita melihat fakta dan realita yang terjadi di lapangan, baik melalui surat kabar maupun televisi. Maka kita akan menemukan berbagai macam kasus tindakan anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa. Beberapa hari yang lalu terjadi bentrok antara mahasiswa UKI dan YAI di Jakarta. Selain itu, juga terjadi kasus bentrok antarmahasiswa di salah satu Universitas di Manado.
Tindakan-tindakan tersebut yang akan merusak citra baik mahasiswa sebagai kaum intelektual dan agent of social change (agen perubahan social). Jika citra mahasiswa sudah rusak, maka masyrakat akan kebingungan untuk mencari pemimpin yang benar-benar mampu memimpin mereka menuju masyarakat yang maju dan berperadaban tinggi.
Untuk itu, sebagai mahasiswa kita harus tetap menjaga citra dan nama baik mahasiswa. Bisa melalui dengan menghindarkan dari tindakan-tindakan anarkis dan amoral. Kenapa harus dijaga?. Karena hal tersebut akan memudahkan kita terjun di tengah-tengah masyarakat nantinya.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.

ASET YANG TERLUPAKAN

Oleh: Muhammad Rajab*
Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia terdiri dari berbagai pulau, yang masing-masing mempunyai potensi untuk dapat diberdayakan dan dikembangkan demi terciptanya bangsa yang makmur, baik segi ekonomi, sosial dan aspek-aspek yang lain. Akan tetapi, terkadang pemerintah dan pejabat tinggi negara kita lupa dan lalai terhadap potensi yang sangat berharga tersebut.
Salah satu contoh, kabupaten yang terdiri dari kepulauan adalah Sumenep. Daerah
Sumenep merupakan daerah yang kaya akan pulau. Ada pulau Kangean, Talango, Raas, Masalembu, Masakambing, Sapeken, Sapudi, Sepanjang, Bungin dan banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan secara lengkap.
Pulau-pulau yang ada di Sumenep tersebut mempunyai aset yang sangat berharga bagi daerah Sumenep khususnya, dan bagi negera umumnya. Sayangnya, aset-aset tersebut terlupakan oleh pemerintah kita. Seakan pulau-pulau tersebut lepas dari negara Binika Tunggal Ika ini.
Sebagai contoh saja, Kangean sebagai salah satu pulau besar di Sumenep mempunyai aset berharga yang jika dimanfaatkan secara maksimal akan dapat membantu ekonomi masyarakat dan negara. Katakan saja, hutan yang ada di sana sangatlah luas, penghasilan ikannya juga banyak.
Selain itu, pulau Sepekan juga merupakan pulau yang kaya akan hasil lautnya. Mutiara-mutiara dan penghasilan minyak yang ada di sana kurang pengelolaan yang maksimal. Sehingga, potensi dan aset yang terdapat di pulau tersebut menjadi terabaikan dan sia-sia serta tidak banyak memberikan manfaat kepada masyarakat dan negara.
Dua pulau di atas sebagai salah satu contoh saja, dan banyak lagi pulau yang tidak kalah kayanya akan hasil alam yang dimilikinya dari dua pulau yang penulis sebutkan di atas.
Berdasarkan pengamatan sementara yang pernah penulis lakukan adalah bahwa salah satu penyebab dari keterbelakangan dan ketidakmaksimalan pengelolaan aset-aset yang dimiliki oleh pulau-pulau kecil tersebut adalah minimnya sumber daya manusia (SDM). Karena SDM lah yang akan mengelola itu semua, jika tidak ada SDM yang mumpuni maka aset-aset (SDA) tersebut akan terabaikan.
Kemudian penyebab yang lain adalah minimnya alat transportasi. Transportasi antar pulau di kepulauan Sumenep sangat minim. Katakan saja kapal yang beroprasi lintas Kalianget-Kangean itu sangat minim dan waktunya juga tidak setiap hari. Adanya hanya 4 sampai 5 kali dalalm seminggu.
Pemerintah harus tanggap terhadap permasalahan ini. Jangan samapai permasalahan-permasalahan yang ada di pulau-pulau terpencil terlupakan dan terabaikan. Sebab, pulau-pulau tersebut mempunyai aset besar yang jika dikelola akan dapat membantu perekonomian Negara.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

SELAMATKAN ANAK PUTUS SEKOLAH


Oleh: Muhammad Rajab*
Pendidikan merupakan satu hal yang sangat urgen dalam kehidupan. Dengan pendidikan seseorang dapat menjadi orang yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya, baik secara intelektual, moral maupun skill-nya. Dengan demikian, pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang.
Pada hakikatnya seseorang sudah mendapatkan pendidikan sejak dia dilahirkan ke dunia ini. Artinya di sini, bukanlah yang dimaksudkan adalah pendidikan formal. Akan tetapi, proses pendidikan yang terjadi adalah pendidikan informal. Yaitu, pendidikan yang didapat oleh seorang anak tanpa sadar. Seperti belajar dari pengalamannya yang didapat. Karena secara teoritis, pendidikan itu dibagi menjadi tiga macam, yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.
Terlepas dari itu semua, secara konstitusi setiap anak Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan. Tak pandang itu anak orang kaya, orang miskin, anak petani atau bahkan anak jalanan pun berhak untuk mendapatkannya. Dalam Undang-Undang No. 20 tentang SIKDISNAS dijelaskan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan yang layak bagi warga Negara dan setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Namun, yang kini terjadi di lapangan adalah banyak anak yang didak mampu untuk melanjutkan sekolahnya hingga Perguruan Tinggi (PT). Mereka memutuskan sekolahnya di tengah perjalanan studinya, ada yang berhenti sejak lulus SD, SMP, ataupun SLTA.
Menurut data resmi yang dihimpun dari 33 Kantor Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah anak putus sekolah pada tahun 2007 sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Padahal pada tahun 2006 sekitar 9,7 juta anak. Berarti terjadi peningkatan yang drastis antara tahun 2006 sampai 2007.
Angka tersebut bukanlah angka yang sedikit. Oleh karena itu perlu adanya penyelesaian dan usaha dari pemerintah agar mengentaskan anak-anak yang putus sekolah tersebut. Mereka rata-rata putus sekolah gara-gara kondisi ekonomi yang rendah.
Sehingga dengan kondisi ekonomi yang rendah anak dituntut untuk bekerja oleh orang tuanya. Atau di antara mereka ada yang putus sekolah karena ditinggal oleh orang tuanya sejak dini, sehingga mau tidak mau mereka harus bekerja, baik dengan mengamin dan lain sebagainya.
Pemerintah harus segera memberi bantuan subsidi agar mereka dapat kembali memenuhi kebutuhan pendidikannya. Generasi penerus tersebut (anak) merupakan calon pememimpin masa depan, sehingga mau tidak mau mereka harus mendapatkan pendidikan. Dan paling tidak walaupun mereka tidak dapat menempuh pendidikan formal, mereka harus diberi bantuan pendidikan keterampilan, baik soft skill maupun hard skill. Ini dimaksudkan agar masa depan mereka cerah dan tidak gelap yang disebabkan oleh lemahnya keterampilan yang dimilikinya.
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang