Minggu, 05 Februari 2012

Si Kacong Bertanya


Suatu hari Si Kacong (panggilan untuk anak kecil dalam bahasa Madura) bertemu dengan seorang guru. Si guru itu sudah tua sekitar 60 an lah umurnya. Si kacong yang lugu ini bertanya pada si guru.
Kacong: “Pak katanya Indonesia ini negeri kaya? Betul gak pak?
Guru     : betul nak,, negeri kita ini kaya alamnya, pohon-pohon dengan mudah tumbuh, lautnya sangat indah dan kaya akan ikan dan perhiasan.
Kacong: “tapi koq aku lihat di kampungku masih aja banyak orang miskin pak,,, tidur di bawah jembatan, makan sehari kadang ia kadang tidak?”
Guru: “Karena kita yang mau ngambil kekayaan itu nak”.
Kacong: “Buat apa ada presiden kalau gitu pak”
Guru: “Ketimbang tidak ada nak”
Kacong: “Terus dikasihkan siapa kekayaan itu pak”
Guru: “dikasihkan kepada orang lain nak”
Kacong: “Koq bisa pak?”
Guru: “Karena kita tidak bisa mengolahnya nak”
Kacong: “terus kecipratan apa kita pak kalau dikasihkan ke orang lain”
Guru: “Ya dapat uang si,, tapi mungkin jauh lebih sedikit dari yang didapat orang lain itu”
Kacong: “Terus uangnya dikemanakan pak?”
Guru: “Katanya sie mau dibuat bangun gedung DPR nak?”
Kacong: “Buat apa lagi pak?”
Guru: “Buat bayar utang negara kita nak”
Kacong: “terus aku, orang-orang dikampungku dapat apa dunk”
Guru: “Ya gak dapat apa-apa nak, soalnya uangnya dah habis duluan. Kalaupun ada sisa gak mungkin sampei pada orang bawah”.
Kacong: “Waduh…pak padahal aku, orang-orang di kampungku cuma butuh makan doank….”

Si Napi Kampungan


            Seorang kakek tua suatu ketika dijebloskan ke dalam penjara karena mencuri ayam dan makanan tetangga. Kemudian di penjara dia bertemu dengan seseorang narapidana (napi) yang kelihatan mukanya kampungan, gak tau kenapa alasannya dia dijebloskan kedalam penjara tersebut.
 “kenapa kamu masuk penjara,?, Tanya si kakek penasaran kepada orang yang ada di dalam penjara itu.
“Kemarin ketahuan nyolong motor, kalau sampean?” si napi tanya balik.
“Aku mencuri ayam dan makanan tetangga,” jawab si kakek singkat.
“Padahal aku mencurinya sangat terpaksa karena istri dan anak-anakku sudah dua hari tidak makan,” tambah si kakek menjelaskan.
“Lho..sampean gak bilang kalau terpaksa mencurinya pas disidang?”
“Sudah, sampei saya sujud pun, tetap aja gak diterima, saya juga padahal sudah mau menggantinya,”
“Koq bisa gitu ya, padahal kalau kita lihat para koruptor itu telah mencuri harta rakyat triliunan rupiah, tapi proses hukumnya selalu molor-molor?”
“Ya bedalah, kalau kita tidak punya uang untuk dijadikan pelicin, tapi mereka banyak punya uang”
“Oww gitu ya,,,, enak dunk, korupsi triliunan rupiah terus yang dibuat uang pelican paling berapa juta,”.
“coba lihat, walaupun mereka masuk penjara, penjaranya beda dengan kita” kata si kakek.
“Bedanya apa?” Tanya si napi penasaran
“Kalu kita tempatnya kotor, gak bisa kemana-mana, makanan apa adanya, tapi mereka kayak di hotel, bisa jalan-jalan lagi,”
“Koq kayak rekreasi aja, aku mau kalau gitu” tanggap si napi.
“hahahahahahaha,” si kakek tertawa terbahak-bahak. 

SI TKI DAN PNS


Di salah satu bandara seorang TKI yang baru datang dari Malysia bertemu dengan seorang PNS yang kebetulan bekerja di salah satu Bank dekat Bandara itu.
“Pak jadi PNS itu enak ya,” tanya si TKI
“Ya si ketimbang gak ada kerjaan lain,”
“Koq gitu pak,” tanya si TKI lagi dengan penuh penasaran
“Gajinya gak cukup buat makan keluarga, kalau gak cari yang lain ya gak cukup,” jawab PNS.
“Kalau kamu kerja di mana?” Si PNS tanya balik.
“Saya jadi TKI pak di Malaysia, ini baru mau pulang,”
“Malaysia yang mencuri budaya dan yang merebut pulau kita itu,”
“Ya pak,”
“Koq mau kamu kerja di sana,”
“Gak ada lagi pak, di Indonesia lapangan kerja susah sekali, ketimbang aku dan keluarga gak makan,”
“Ya ya,,,negeri ini katanya kaya tapi koq lapangan pekerjaan sempit banget, aku aja jadi PNS ini gak mungkin bisa kalau gak pakai pelicin,”
“Pelicin apa itu pak,? Pelicin buat nyetrika itu ya pak?,hahahaha”, tanya si TKI.
“Bukan pak, itu yang biasa bilang ‘wani piro?’.”
“hahaha, mang susah hidup di negeri ini, apalagi orang kayak aku yang kurang berpendidikan gini, sering dibohongi”
“Pak..pak,,,, yang berpendidikan aja dibohongi apalagi yang tidak berpendidikan,”.
“Betul-betul,,”.

Jumat, 03 Februari 2012

MAHASISWA DAN KEPEMIMPINAN BANGSA


Muhammad Rajab*
            Ir. Sukarno pernah berkata: “Berikan saya 10 orang pemuda, akan saya ubah dunia”. Dalam pepatah arab juga dikatakan “syubbanul yaum rijaalul ghod (pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Atau ada juga istilah lain yang mengatakan bahwa pemuda adalah tombak perjuangan bangsa.
            Beberapa ungkapan tersebut sama-sama menunjukkan bahwa ternyata pemuda mempunyai peranan penting dalam memperjuangkan bangsa. Pemuda adalah generasi masa depan yang dengan tangannya diharapkan dapat mengubah bangsa menuju bangsa yang bermoral dan beradab serta bangsa yang mempunyai peradapan maju.
            Mahasiswa merupakan salah satu dari bagian pemuda tersebut. Oleh karena itu mahasiswa sebagai orang yang tertinggi jenjang pendidikannya diharapkan dapat menjadi agent of social change (agen perubahan social) di tengah-tengah masyarakat.
            Apalagi jika melihat kondisi masyarakat saat ini yang semakin terpuruk, baik aspek moral, ekonomi, politik, pendidikan dan social. Maka, mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang lebih berat dalam perbaikan kondisi masyarakat Indonesia ke depan. Bapak Prof. Malik Fajar juga mengatakan di UMM DOME pada acara pembukaan PESMABA 2007, mahasiswa dididik oleh Universitas untuk menjadi tenaga ahli, calon pemimpin dan sumber kekuatan untuk membangun peradaban masa depan.
            Oleh karena itu, seharusnya bagi seorang mahasiswa untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa. Dalam artian bahwa mahasiswa tidak hanya belajar di dalam kelas. Namun, bagaimana dia bisa belajar melalui lingkungan dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Baik yang intra kampus maupun yang ekstra kampus.
            Kenapa harus aktif dalam organisasi?. Perlu disadari bersama bahwa materi yang kita dapat di kelas paling hanya 25 persen. Itu pun tidak mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan di dalam masyarakat. Seperti, bagaimana mengatur dan memenej sesuatu dengan baik. Ilmu seperti ini hanya bisa didapat melalui kreativitas kita dalam berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan di luar kelas.
            Selain itu, kita sebagai mahasiswa juga perlu sadar bahwa menuntut ilmu itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Di mana dan kapan pun kita bias belajar, baik melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar, diskusi, organisasi atau pun lingkungan kita.
            Kesadaran akan hal ini sudah mulai merosot di kalangan mahasiswa. Sehingga tidak jarang ditemukan mahasiswa yang hanyan kuliah, habis kuliah langsung nangkring di jalan. Ada juga yang habis kuliah langsung pulang dan tidur-tiduran di kos, nonton TV dan lain sebagainya.
            Beberapa kriteria tersebut tak layak untuk dilakukan oleh seorang mahasiwa yang benar-benar mau belajar dan ingin memperbaiki keadaan masyarakat bangsa. Bagaimana bisa memperbaiki masyarakat sedangkan dirinya belum baik?.
            Dan yang perlu dilakukan oleh kita adalah bagaimana kita sekarang bisa introspeksi diri demi perjuangan bamngsa ke depan. Kekurangan yang pernah kita lakukan di masa lalu, kita perbaiki demi hari yang cerah di masa yang akan datang.
            Khusus, untuk mahasiswa baru (MABA), ingat pesan orang tua yang telah merelakan kepergian Anda untuk menuntut ilmu. Renungkan sedalam-dalamnya apa pesan orang tua kepada Anda sebelum Anda beranjak dari rumah.
            Semangat barumu adalah harapan bangsa. Langkah kakimu adalah perjuangan. Belajarmu adalah bekal. Jadikan setiap detik langkahmu sebagai bukti perhatianmu terhadap kondisi bangsa yang kian murat-marit. Karena Anda adalah pemimpin masa depan yang akan memperbaiki peradaban bangsa.
Menjadi Mahasiswa ideal
            Sebagai generasi penerus bangsa, idealnya seorang mahassiswa dapat memberikan sesuatu yang terbaik untuk diri sendiri, orang tua, kampus dan Negara. Tentunya untuk menjadi mahasiswa yang baik dan bias memberikan manfaat kepada diri, orang tua dan kampus serta bangsa, maka seharusnya dia berusaha semaksimal mungkin untuk menuju itu.
            Maka satu hal yang sangat penting dalam perjalanan seorang mahasiswa untuk bias menjadi mahasiswa yang baik serta dapat mengabdi kepada agama, masyarakat dan bangsa, yaitu hendaknya adanya kesadaran yang mendalam dirinya, bahwa dia adalah harapan agama, masayrakat dan bangsa.
            Kesadaran tersebut tentunya tidak dapat muncul dengan sendirinya, walaupun bias, kemungkinannnya sangat kecil sekali. Nah, untuk menimbulkan kesadaran tersebut, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi seseorang, yaitu fakor heriditas (keturunan) dan factor lingkungan.
            Untuk itu, maka hendaknya seorang mahasiswa khususnya MABA mencari lingkungan yang baik, mulai dari memilih kost dan teman pergaulan sehari-hari. Sebab semua itu akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangannya.
             Dengan memilih lingkungan yang baik, maka secarra tidak langsung akan timbul kesadaran yang baik pula dalam dirinya. Baik itu dengan aktif di berbagai organisasi, aktif membaca dan meulis. Karena dengan bekal inilah dia akan dapat mengabdi kepada agama, masyarakat dan bangsa ketika telah lulus dari perguruan tinggi.

MENDIDIK DENGAN HATI


Oleh: Muhammad Rajab*
            Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Setiap orang membutuhkan yang namanya pendidikan, mulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan ini tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia. Sebab manusia tanpa pendidikan tidak akan mempunyai arahan dan pegangan dalam beraktivitas.
            Jika kita bersandar pada teori, pada dasarnya pendidikan dibagi menjadi tiga macam, pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakuakan secara khusus dan dalam bentuk formal, seperti sekolah dan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga lainnya. Pendidikan non formal diselenggarakan di luar sekolah dengan jangka waktu yang relatif pendek, dan tidak diselenggarakan secara khusus di sekolah.
Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak dilakukan dalam bentuk interkasi belajar antara guru dan murid, seperti Pendidikan yang terjadi sebagai akibat dari fungsi keluarga, media massa, pertunjukan-pertunjukan seni atau hiburan dan lain sebagainya.
Terlepas dari itu semua, pendidikan harus tetap dilakukan atas dasar rasa kasih sayang dan saling memberi. Dalam artian jangan sampai pendidikan dilaksanakanya hanya karena ingin mendapatkan embel-embel yang bukan merupakan tujuan utama dari pelaksanaan pendidikan itu sendiri.
Seorang guru di sekolah dan kepala keluarga di rumah harus mendidik anaknya dengan hati. Maknanya adalah bahwa mendidik harus didasarkan atas ketulusan dan rasa cinta yang mendalam dalam hatinya untuk berbagi ilmu dan wawasan bersama peserta didik.
Selain itu, di dalam mendidik anak tidak boleh mengedepankan emosi dan kekerasan. Sebab hal ini akan memberikan implikasi buruk terhadap perkembangan anak, baik kognitif, afektif dan psikomororiknya. Walaupun mau bersikap tegas kepada anak, maka ketegasan tersebut tetap harus  atas dasar ketulusan dan cinta kepada anak, bukan karena emosi dan mangkel akan perbuatan anak.
Kenapa harus demikian?. Perlu kita sadari bersama bahwa anak merupakan sosok yang bersih, suci. Jika kesuciannya dikotori dengan pendidikan yang salah, maka anak tersebut akan menjadi anak yang salah juga, begitu juga sebaliknya.  
Maka, peran utama keluarga sebelum anak menginjak dunia sekolah sangatlah besar. Keluarga harus bisa mengontrol perkembangan anak. Dan juga harus selalu mendidiknya dengan benar. Kesalahan keluarga dalam mendidik akan menjadikan masa depan mereka masa depan yang suram. Namun, jika keluarga mendidiknya dengan baik, dan dapat mengontrol pergaulan anak sehari-hari, maka ini juga akan menjadikan masa depan anak masa depan yang baik dan cemerlang.

Rabu, 01 Februari 2012

Maaf, Aku Hanya Bisa Menuliskan (nya?)

Sedih, cemas, takut, dan prihatin, mungkin itulah yang kurasakan sebagai seorang penulis “gadungan”. Aku tak tau apa yang harus ku katakan pada orang tertinggi di negari kaya alam tapi miskin ini. Akhirnya dengan penuh kecemasan, karena aku tak bisa berbuat apa-apa, maka hadirlah tulisan ini di hadapan pembaca semua.

Aku tak punya kekuasaan untuk berontak, juga tak punya power untuk mendobrak, apalagi jabatan yang mendukungku untuk mengungkapkan kekesalan ini. Tapi aku hanya bisa menekan keyboard net book mungil yang sudah setia menemaniku sejak dua tahun yang lalu ini. Ku berharap dengan satu dua tekanan yang aku lakukan minimal bisa membuat kita semua melek dan membaca sebuah keadaan untuk mengadakan perubahan. Mungkin Anda kenal Soe Hok Gie, seorang aktivis yang meninggal di puncak Semeru. Goresan penanya, walaupun hanya dalam catatan hariannya, bisa menggetarkan tirani kekuasaan pada masanya.

Langsung aja,,,,,,,,,

Hatiku mulai gelisah saat aku mengadakan perjalanan pulang ke tanah kelahiranku, Pulau Kangean. Pada awalnya aku tidak menyadari bahwa banyak keganjalan yang aku temukan ketika naik kapal dalam perjalanan baik pulang ke rumah maupun saat berangkat ke pulau seberang, Kalianget. Memang, waktu itu aku masih belum begitu “melek” dan belum bisa membaca kritis sebuah keadaan. Maklumlah anak pesantren yang katanya sebagian orang, anak pesantren adalah anak “kuper”- walaupun aku sebenarnya gak setuju dengan kata-kata itu-.

Sekitar tiga tahun lebih aku tidak menyadarinya, tapi semenjak aku mulai kuliah dan mulai memahami bagaimana bisa membaca keadaan yang tidak hanya sekedar membaca, tapi membaca secara kritis, aku mulai sadar. Ketika itu aku hendak pulang pada bulan Ramadhan, hatiku mulai berontak dan berontak, seakan tak mau menerima keadaan. Bagaimana tidak, kondisi kapal yang aku naiki bersama para konsulat Pulau Bekisar itu sangat memprihatinkan.

Tak perlu kusebutkan nama kapal itu, yang jelas kapal itu dua kali dalam seminggu mengadakan perjalanan ke Kangean. Aku sengaja keliling kapal untuk membenarkan apa yang selama ini menjadi keganjalan hatiku. Aku tak mau mengatakan tanpa pencarian terlebih dahulu. Terus aku keliling, ke depan, belakang, samping kanan, samping kiri, lengkap semua kujelajahi.

Di sinilah hatiku mulai berani berkata kalau kapal ini tak layak jalan untuk ditumpangi oleh para penumpang. Mengapa demikian, dalam pencarianku aku tak menemukan pelampung yang disediakan untuk para penumpang sama sekali. Bayangkan, perjalanan selama 9 jam, tapi tak tersedia pelampung untuk para penumpang. Yang ada hanya 3 atau 4 skoci di atas kapal. Tapi itu sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan para penumpang yang jumlahnya ratusan itu.

Padahal tak jarang perjalanan ke pulau Kangean itu dihantam ombak sampai mencapai empat atau lima meter, atau mungkin lebih. Kebetulan waktu aku pulang, saat itu gelombang laut tidak begitu dahsyat alias cedhu (bahasa Kangean).

Saat itu aku bertemu dengan seorang Jurnalis –aku lupa namanya– ,ia adalalah wartawan salah satu Koran harian di Jakarta. Masih ingat waktu itu, aku berusaha ngobrol setelah aku juga mempernalkan diri bahwa aku juga seorang wartawan kampus. Aku paham jiwa seorang jurnalis, jurnalis tak akan pernah tenang hatinya melihat ketidakberesan yang ada di depannya.

“Pak, kapal penumpang ini tak layak berlayar,” ungkapku memulai pembicaraan berharap si Jurnalis tadi mau menanggapi pernyataanku.

“Kenapa mas,,” ia berttanya.

“Alhamdulillah ungkapanku ditanggapi,” gumam ku dalam hati.

Segera ku tanggapi pertanyaan pria yang umurnya kira-kira 40 an tahun itu –aku tak sempat tanya–.

“Gini pak, setelah aku keliling kapal ini, aku tak menemukan satu pelampungpun yang disediakan buat para penumpang, ada skoci tapi tu Cuma sedikit,” jawabku. Segera muka bapak tadi gelisah, maklum jurnalis. Ia hanya geleng-geleng kepala mendengar jawabanku.

Mungkin saudara-saudaraku dari Kangean yang pernah naik kapal ini pernah juga berpikiran sama seperti aku, namun tak ada kesempatan dan kekuatan untuk memberontak. Atau mungkin juga di antara mereka ada yang merasa nyaman-nyaman saja alias cuek terhadap masalah ini. Dan atau banyak juga di antara mereka yang benar-benar tidak menyadari ini. Gak tau ah….

Aku tak mengerti dengan pemerintah di negeri ini. Mengapa hal-hal yang demikian tak pernah terpikirkan. Atau mungkin terpikirkan tapi tak lagi perhatian. Transportasi akhirnya bukannya tambah membaik, tapi malah sebaliknya, semakin buruk dan semakin buruk. Akibatnya, banyak korban yang bertaburan akibat terjadinya kecelakaan transportasi, khususnya transportasi laut.

Memang tak semua kapal yang berlayar ke Kangean demikian kondisinya. Tentunya ada juga kapal yang bagus dan tersedia dengan fasilitas lengkap. Semoga transportasi Kalianget-Kangean semakin membaik. Amin… Mungkin tak hanya di Kangean yang mengalami kenyataan ini, tapi di tempat-tempat lain juga mungkin ada kenyataan yang sama.