Kamis, 09 Agustus 2012

Hak Seorang Muslim (Haqqul Muslim)


“Kebahagiaan Anda adalah ketika sifat-sifat baik yang ada dalam diri Anda bisa mengalahkan dan lebih menonjol dari pada yang buruk.” (Aidh Al-Qorni)

            Hidup antara sesama manusia mempunyai hak dan kewajiban. Orang lain mempunyai hak dan kewajiban atas kita. Begitu juga sebaliknya kita punya hak dan kewajiban atas orang lain. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi sebagai bukti kecintaan kita kepada sesama. Rasulullah SAW bersabda:
حق المسلم على المسلم خمس : رد السلام وعيادة المريض واتباع الجنائز وإجابة الدعوة وتشميت العاطس[1]

“Hak seorang muslim terhdap muslim lainnnya ada lima, menjawab salam, menjenguknya ketika sakit, mengikuti jenazahnya, memenuhi undangannya (panggilannya), dan membalasnya ketika bersin (dengan mengucapkan ‘yarhamukallah’)”.
1.    Menjawab Salam
            Di antara hak dan kewajiban tersebut sebagaimana dalam hadits adalah menjawab salam. Adapun menyampaikan salam  hukumnya sunnah, sedangkan menjawabnya adalah wajib. Selain menjawab salam itu wajib, hal itu sebagai bukti balasan atas doa yang telah diberikan kepada kita. Maka seharusnyalah kita untuk membalas doa tersebut
Allah SWT berfirman:
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”[2]
            Menjawab salam dalam arti yang lebih luas adalah menebarkan kedamaian kepada teman. 
2.    Menjenguknya Ketika Sakit
            Pernahkah Anda merasakan sakit?, Apa yang Anda rasakan saat Anda sakit ternyata tak ada seorang pun yang datang menjenguknya? Mungkin yang Anda rasakan saat itu adalah kesedihan dan kenestapaan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya agar menjenguk orang sakit. Selain karena kewajiban, menjenguk teman yang sedang sakit akan memperkokoh tali persahabatan.
Pada suatu hari Rasulullah SAW pergi ke masjid, kemudian di tengah perjalanan beliau diludahi oleh salah seorang bangsa Quraisy. Hari kedua pun sama, Rasulullah diludahi orang yang sama. Hingga pada suatu hari Rasulullah lewat seperti semula di jalan yang biasa beliau lewati, namun tak ada lagi orang yang meludahi beliau.
Kemudian beliau bertanya kepada sahabatnya, ke mana orang yang sering meludahiku setiap aku hendak pergi ke masjid? Ternyata orang tersebut sakit, sehingga tidak dapat lagi meludahi Rasulullah SAW. Apa yang beliau lakukan saat itu?. Beliau langsung menjenguknya. Melihat Nabi menjenguknya akhirnya orang tersebut masuk Islam.
            Bisa kita bayangkan, orang telah berbuat kejam sekalipun harus kita jenguk ketika dia sakit. Demikianlah keramahan Islam yang ditawarkan. Maka dari itu, ketika ada sahabat kita yang sakit, jenguklah ia walaupun tidak membawa apa-apa. Hiburlah ia supaya dia senang dan tenang, doakan supaya dia cepat sembuh. Setidak-tidaknya, kedatangan kita akan meringankan beban sikologinya.
3.    Mengantarkan Jenazahnya
Sebagai salah satu penghormatan kita terhadap saudara kita adalah mengantarkan jenazahnya apabila sahabat dan saudara kita meninggal dunia. Dan hal ini juga sudah merupakan kewajiban oleh seorang muslim. Jadi ketika ada orang muslim yang meninggal dunia kewajiban saudaranya adalah memandikan, mengkafani, menyolatkan dan mengantarkan jenazahnya ke kuburan.
من شهد الجنازة حتى يصلى عليها فله قيراط ومن شهدها حتى تدفن فله قيراطان قيل وما القيراطان ؟ قال مثل الجبلين العظيمين[3]
            Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mengikuti jenazah hingga dishalatkan maka baginya (pahala) satu qiroth. Dan barang siapa mengikutinya sampai dikuburkan maka baginya (pahala) dua qiroth, kemudian beliau ditanya, satu dua qirath itu seperti apa?. Beliau menjawab, seperti dua gunung besar.
4.    Memenuhi undangannya
             Menurut Sayyid Sabiq, hukum memenuhi undangan walimah ‘urs adalah wajib. Karena dengan kehadiran kita dalam suatu walimah menunjukkan adanya ihtimam (perhatian) kita terhadap yang mengundang. Selain itu juga, akan menimbulkan kesenangan tersendiri dalam hati orang yang mengundang. Akan tetapi jika undangan tersbut sifatnya umum, dan tidak dikhususkan pada orang tertentu, maka mendatanginya tidak wajib dan tidak pula disunnahkan[4]
            Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
            Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
من دعي إلى وليمة فلم يجب فقد عصى الله ورسوله[5]
“Dan barang siapa yang tidak menghadiri undangan, maka dia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasulnya”.
5.    Mendoakan Ketika Bersin
            Ketika ada saudara kita yang bersin dan dia mengucapkan “alhamdulillah”,  maka hendaknya kita sebagai muslim untuk mendoakannya supaya mendapatkan rahmat dari Allah SWT dengan mengucapkan “yarhamukallah” (semoga Allah SWT merahmatimu).
Akan tetapi, jika ia tidak mengucapkan “alhamdulillah” ketika bersin, maka tidak dianjurkan untuk menjawabnya dengan mngucapkan “yarhamukallah”.
            Dari Abu Musa ra. berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
إذا عطس أحدكم فحمد الله فشمتوه فإن لم يحمد الله فلا تشمتوه[6]
“Jika salah seorang di antara kalian bersin, kemudian memuji Allah (dengan mengucapkan alhamdulillah), maka balaslah dia (dengan mengucapkan yarhamukallah). Akan tetapi jika tidak memuji Allah maka janganlah engkau membalasnya”.
            Itulah hak-hak dan kewajiban dalam bersaudara yang telah disebutkan oleh hadits Nabi. Sedangkan Al-Ghazali mengatakan, ada beberapa pesan beliau tentang kewajiban yang seharusnya dipenuhi dalam bersahabat, yaitu:
1.    Membantu keuangan sahabat meskipun engkau lebih membutuhkannya. Jika tak mungkin, bantulah sahabatmu dengan kelebihan kekayaanmu ketika ia membutuhkan. Membantunya segera sebelum ia meminta bantuanmu.
2.    Menyembunyikan rahasia-rahasia dan aibnya.
3.    Tidak menyampaikan cercaan orang kepadanya, sehingga dengan demikian ia menjadi sedih. Tapi sampaikanlah kepadanya pujian orang terhadapnya agar dia merasa senang dan bahagia.
4.    Mendengarkan dengan penuh perhatian apabila ia berbicara.
5.    Memanggilnya dengan panggilan yang disenanginya, memuji kebajikan-kebajikannya dan berterima kasih atas kebaikannya.
6.    Membelanya ketika ia jauh dari dirimu, seperti engkau membela dirinya sendiri ketika ada yang mencercamu.
7.    Menegur dan menasehatinya dengan baik apabila ia salah.
8.    Memaafkan kesalahan-kesalahannya dan tidak menyalahkannya.
9.    Mendoakannya baik di kala masih hidup atau telah wafat.
10. Menjaga istri dan kerabatnya sepeninggalnya.
11. Memilihkan hal-hal yang menyenangkan baginya.
12. Menyenangkan hatinya dengan cara menghilankan hal-hal yng membuatnya sedih.
13. Menunjukkan rasa senang ketika ia senang, menunjukkan rasa sedih ketika ia sedih.
14. Memberi salam terlebih dahulu ketika bertemu dengannya. Menyambutnya ketika ia mendatangimu. Intinya menurut beliau adalah bersikaplah terhadap sahabatmu sebagaimana engkau bersikap terhadap dirimu sendiri.[7]


[1] Muhammad bin Hibban  bin Ahmad Abu Hatim At-Tamimi, Shohih Ibnu Hibban Bitartib Ibnu Balban Vol. 1, (Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1993), hadits no. 241/hal.476
[2] Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 86
[3] Muslim bin Al-Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairy , Shahih Muslim Vol. 2, (Beirut: Dar Ihya’ Turats Al-Arabi), hadits no. 945/hal. 652 
[4] Ibid, hal. 202
[5] Abul Qosim Sulaiman bin Ahmad At-Thabrani, Mu’jamul Ausath Vol. 7, (Qohirah: Dar Al-Haramain, 1415H), hadits no. 7505/hal. 284.
[6] Muslim bin Al-Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairy , Op.Cit.,Vol. 4,  hadits no. 2992/hal. 2292
[7] Al-Ghazali, Menjelang Hidayah, terjemah Al-Bidayatul Hidayah, (Bandung: Mizan, 1992), hal. 134-135

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA