Sabtu, 24 Januari 2009

PETASAN DAN KETENANGAN MASYARAKAT

Oleh: Muhammad Rajab*

Hampir tidak dapat dipungkiri bahwa di berbagai tempat di Indonesia mempunyai tradisi bermain petasan ketika bulan Ramadhan tiba. Tidak pandang itu di kota maupun di pelosok desa. Seakan petasan merupakan satu hal yang harus dilakukan setiap kali bulan Ramadhan, utamanya oleh kalangan anak-anak.
Tradisi petasan seperti ini memang dapat memberikan sedikit kesenangan terhadap setiap individu yang bermain. Namun, satu hal yang tidak dapat dipungkiri dalam bermain petasan tersebut adalah bahwa dengan suara petasan tersebut masyarakat akan terganggu ketenangannya akibat suara bising dari petasan tersebut.
Tradisi seperti ini merupakan tradisi yang tidak baik, khususnya untuk warga bangsa Indonesia. Sebab, banyak mudhorot (kerugian) yang akan timbul diakibatkan oleh petasan tersebut. Dan pastinya bermain petasan akan menjadikan seseorang boros dan membuang-buang uang untuk sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Seharusnya bulan Ramadhan yang suci diisi dengan amalan-amalan yang baik untuk mendapatkan kemuliaan, malah disisi dengan amalan dan perbuatan yang tidak bermanfaat dan bahkan mendatangkan modhorot tersebut.
Walaupun mereka paham bahwa bulan Ramadhan adalah bulan mulia yang penuh berkah, namun kesadaran mereka untuk memperbanyak amalan kebaikan sangat lemah sekali. Mungkin salah satu penyebabnya adalah keiasaan buruk ini sudah sering dilakakukan yang mengakibatkannya kesulitan untuk meninggalkannya, khususnya setiap kali bulan Ramadhan tiba dan hari raya idul fitri.
Di daerah Jabodetabek petasan sangat marak sekali dimainkan. Dan tidak menutup kemungkinan tempat-tempat lain juga demikian. Tentunya petasan tersebut dapat meresahkan warga Jabodetabek. Sebagai contoh, dalam harian Media Indonesia (4/9) disebutkan bahwa wilayah Pengayoman kota Tangerang, selepas waktu berbuka puasa , anak-anak di daerah itu keluar rumah sambil membawa petasan jangwe (jenis petasan roket yang dapat meletus di udara). Parahnya adalah anak-anak tersebut bukannya mengarahkan petasannya ke udara, akan tetapi malah diarahkan kepada teman-temannya sehingga melesat secara horizontal.
Jika kita berfikir secara logis, apa manfaat dari petasan tersebut?. Tentunya kita sadari semua bahwa bermain petasan tersebut dapat mengganggu ketenangan sosial masyarakat. Dengan suaranya saja, warga dapat terganggu. Apalagi kalau petasan tersebut sampai mengenai warga.
Untuk itu, kerja petugas keaamanan perlu ditingkatkan kembali dan lebih jeli dalam merazia tempat-tempat penjualan petasan tersebut. Sebab walaupun petugas sudah mulai melakukan razia di berbagai tempat, namun masih saja ada yang bermain petasan tersebut. Dan tak kalah pentingnya, perlu ada kesadaran diri untuk menghentikan tradisi tidak baik tersebut di negeri tercinta Indonesia ini.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA