Rabu, 01 Agustus 2012

“Gelombang Ketiga” dalam Islamisasi Nusantara


Judul buku        : Cheng Ho; Penyebar Islam dari China ke Nusantara
Penulis              : Tan Ta Sen
Penerbit            : Buku Kompas
Cetakan I         : Juni 2010
Tebal                : xxii+460 halaman
ISBN               : 978-979-709-492-8

Dalam buku ini Tan Ta Sen berusaha meneguhkan teori “gelombang ketiga” dalam sejarah penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara. Setelah berlangsungnya dua gelombang pengaruh Islam yang datang melalui jalur perdagangan dari Gujarat (India) dan Timur Tengah, kemudian terjadi pula “Gelombang Cina” yang juga merupakan arus besar penyebaran Islam ke Asia Tenggara, termasuk kepulauan Nusantara.
Tokoh Cina yang melakukan penyebaran Islam di Nusantara adalah laksamana Cheng Ho. Dialah laksamana laut muslim pada Dinasti Ming (1368-1644) yang selama 27 tahun (1405-1433) telah memimpin tujuh pelayaran ke selatan dan mengunjungi banyak negara serta wilayah. Tokoh yang setia menemani Cheng Ho di tiga dari tujuh pelayaran yang dilakukannya adalah Ma Huan. Ia mencatat banyak hal dari pelayaran Cheng Ho. Bahkan tulisannya dijadikan sebuah jurnal yang diberi judul Yiangyai Shnglan.
Ma Huan menulis, bahwa Cheng Ho telah lima kali mengunjungi Nusantara dan singgah di Sumatera dan Jawa. Lokasi di kedua pulau yang dikunjunginya  antara lain Samudera Pasai (Aceh sekarang), Palembang, Semarang dan Cirebon. Cheng Ho bukan hanya memamerkan keperkasaan militer kaisar dinasti Ming, menunjukkan keluhuran kebudayaan Cina, dan menata kembali hubungan militer yang terputus dengan negara-negara di wilayah selatan menjelang runtuhnya Dinasti Mongol. Akan tetapi Cheng Ho juga berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di berbagai kawasan yang dikunjunginya itu.
Ekspedisi-ekspedisi Cheng Ho ke kepulauan Melayu menemukan sejumlah pemukiman orang Cina di jawa dan Sumatera. Hal demikian mengandung nilai sejarah yang sangat penting, baik dalam sejarah Cina maupun Asia Tenggara. Itu memberikan dimensi politik budaya baru dan perspektif baru dalam bagi misi-misi diplomasi dan perdagangan Cheng Ho. Hal ini memiliki dampak langsung pada masyarakat Cina perantauan di Indonesia dan juga terhadap penyebaran Islam di Jawa melalui orang muslim Cina di sana. (hal. 254)

Kontak Budaya
Buku yang ditulis oleh Presiden Internasional Zheng He Society dan juag Direktur Cheng Ho Museum Cultural Museum Malaka ini menghadirkan bukti-bukti sejarah yang menguatkan teori “gelombang ketiga” itu.  Cheng Ho telah meninggalkan warisan abadi berupa pertukaran budaya lintas-benua antara Timur dan Barat.
Ekspedisi-ekspedisnya telah memperluas dan memperdalam kontak budaya antar budaya serta intra regional di Asia. Sejumlah besar  laporan tangan pertama tentang misi-misi Cheng Ho tersedia dalam kronik-kronik Cina, Jepang, dan Jawa yang menekankan pentingnya ekspedisi-ekspedisi itu, dan membangkitkan perhatian luar biasa di berbagai penjuru Asia.
Cheng Ho ahli dalam memperbaharui dan membangun masjid dan kelenteng-kelenteng. Dia yang bertanggung jawab atas rekontruksi Pagoda Opaque dan Kuil Da Baoan Budhis di Nanjing, renovasi masjid Jingjue di Nanjing, masjid Qinjing di Xian dan kelenteng Mazu di Quanzhou. Cheng Ho membangun banyak masjid di Semarang, Ancol, Tuban Gresik, Cirebon, dan lain-lain untuk menumbuhkan komunitas-komunitas Cina muslim madzhab Hanafi di Jawa. Meskipun masjid-masjid kuno yang dibangun Cheng Ho di Jawa itu mungkin telah hancur dan direnovasi, karya-karya yang dirintisnya pasti mempengaruhi para perancang dan pengembang berikutnya. Sebab itu, bekas-bekas pengaruh arsitektur Cina pada bangunan-bangunan religius lokal di tempat-tempat yang pernah dikunjungi Cheng Ho masih tampak jelas. (hal.280)
Buku ini mempunyai dua ciri khas yang membedakannya dengan buku atau artikel yang pernah terbit di negeri ini mengenai peraan Cheng Ho dalam proses islamisasi di Nusantara. Pertama, ia telah memperkuat asumsi tentang adanya arus Cina dalam proses islamisasi di Asia Tenggara, khususnya di Kepulauan Nusantara dengan didasarkan kepada bukti-bukti yang dapat diterima secara ilmiah.
Kekuatan buku utama dari buku yang berasal dari disertasi yang dipertahankan di hadapan dewan penguji Universitas Indonesia ini, terletak pada pembacaan atas naskah-naskah kuno yang ditinggalkan oleh dinasti yang pernah memerintah daratan Tiongkok, khususnya kekaisaran Ming. Di antara naskah-naskah kuno yang ditelusuri dan dikaji secara kritis oleh Tan Ta Sen adalah Mingshi (Sejarah Dinasti Ming), Mingshi Lu (Sejarah Sejati Dinasti Ming), Yingyai Shenglan, Xingxia Shenglan (Survei tentang Negara-Negara di Bawah Bintang), Xiyang Fanguozi (Catatan tentang Negara-Negara Asing) dan lain-lain.
Kedua, Tan Ta Sen telah memperkuat asumsi, dengan didasarkan pada penelitian atas bukti-bukti tertulis, mengenai adanya “arus ketiga” dalam proses penyebaran Islam di Indonesia. Selama ini mungkin kita baru mengenal tentang dua arus utama, yakni arus India (Gujarat) dan Arab.
Untuk memperkuat argumennya, Tan Ta Sen menghadirkan bukti-bukti berupa gambar-gambar bangunan bersejarah, seperti masjid-masjid berarsitektur Cina, batu-batu nisan, ornamen-ornamen Tam Sam Cai, dan keramik-keramik Dinasti Ming era Cheng Ho untuk wadah air suci di masjid-masjid tua Indonesia. Hal ini memberikan nilai tambah tersendiri bagi buku ini untuk memperkuat keabsahan ilmiahnya
.
*Peresensi adalah
Penikmat Buku dan Penggiat Kajian di Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSiF) Unmuh Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA