Sabtu, 24 Januari 2009

HUMANIS TERHADAP LINGKUNGAN

Oleh: Muhammad Rajab*
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari lingkungan. Dia selalu membutuhkan untuk berinteraksi dengan lingkungan. Karena lingkungan merupakan tempat berteduh, bercocok tanam, dan yang tak kalah pentingnya adalah lingkungan merupakan habitat manusia. Dengan demmikian manusia juga dituntut untuk menghormati lingkungan. Dalam artian bahwa manusia juga harus ramah terhadap lingkungan.
Sifat humanis manusia tidak hanya ditampakkan kepada manusia, namun sifat humanis tersebut juga harus nampak dan terimplemementasikan dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Ini dimaksudkan agar antara manusia dengan lingkungan tercipta hubungan yang harmonis dan tercipta hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
Manusia yang tidak ramah alias tidak humanis terhadap lingkungan akan bertindak semena-mena terhadap lingkungan dan alam sekitarnya. Mereka tidak peduli apakah tindakannya tersebut dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Yang terpenting baginya adalah bagaimana menggapai keuntungan sesaat. Seperti illegal logging (penebangan pohon secara liar), pembuangan sampah sembarangan dan lain sebagainya. Ini akan menyebabkan perubahan iklim yang akan menimbulkan berbagai macam bencana.
Menurut data Badan Pangan Dunia (FAO) bahwa Indonesia menghancurkan kira-kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya. Bahkan Guinness Book Of World Records mencatat Indonesia sebagai penghancur hutan tercepat di dunia, di mana sekitar 1,8 juta hektar pohon ditebang setiap tahunnya. Dengan berkurangnya jumlah pepohonan yang ada, maka kondisi dunia akan semakin panas. Dan ini akan terus menyuburkan bencana global warming (pemnasan global).
Selain itu, Perubahan iklim global yang dipacu oleh meningkatnya gas rumah kaca karbon dioksida atmosfer, telah menyebabkan terjadinya berbagai bencana alam di berbagai belahan dunia. Tingkat kegawatan perubahan iklim global yang disebabkan oleh emisi karbon ke atmosfer terendam dalam dokumen Kyoto Protokol dan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang menekankan pentingnya usaha ke arah pengurangan emisi karbon serta penyerapan karbon atmosfir.
Salah satu alternatif dalam mengendalikan konsentrasi karbon yaitu melalui pengembangan "sink program", dimana karbon organik sebagai hasil fotosintesis disimpan dalam biomasa tegakan hutan atau pohon berkayu. Indonesia sangat berpotensi menjadi negara penyerap emisi karbon karena mempunyai hutan tropis yang luas ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire.
Potensi yang ada tersebut tidak akan pernah termaksimalkan jika manusia tidak bersifat humanis alias ramah terhadap lingkungan. Untuk itu, supaya dapat mengerm laju kerusakan alam yang ada khususnya di Indonesia, yang perlu ditingkatkan adalah sifat humanis atau ramah lingkungan dan membuang jauh-jauh sifat egois dan serakah.

*MUHAMMAD RAJAB,
Mahasiswa Tarbiyah dan Aktivis Pers Kampus
Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA