Sabtu, 24 Januari 2009

PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

Oleh: Muhammad Rajab*
Belajar merupakan satu keharusan bagi setiap orang. Tak ada seorang pun yang hidup di dunia ini yang tak ingin belajar. Karena dengan belajar dia akan mendapatkan satu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai sandaran atau pedoman dalam hidup. Sebab hidup tanpa ilmu ibarat orang yang kebingungan di tengah padang pasir yang luas. Tidak tahu kemana dia harus berjalan. Atau seperti orang yang kehilangan arah di tengah lautan yang luas.
Namun, yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa belajar ternyata tak harus melalui bangku sekolah. Melalui lingkungan pun kita bisa belajar. Berapa banyak orang yang kaya raya dan sukses dalam berbisnis yang tidak mempunyai ijasah sekolah. Pernahkah kita mendengar nama Saichiro Honda. Dia adalah seorang pengusaha besar bersal dari Jepang yang tak mempunyai gelar akademik.
Ternyata gelar akademik yang didapat dalam sekolah formal tidak dapat menjamin kesuksesan seseorang di masa yang akan datang. Akan tetapi yang dapat menjadikan seseorang bisa sukses adalah keberanian. Dan keberanian ini tidak diajarkan dalam bangku sekolah. Walalaupun ada, paling hanya segelintir sekolah saja yang mengajarkan anak didiknya untuk menjadi berani.
Namun yang banyak memberikan kontribusi bagi seseorang dalam hidupnya adalah pengalaman. Yaitu pengalaman dari lingkungan hidupnya. Dia dapat mengambil pelajaran dari lingkungan sekitarnya, sehingga ia berani dalam mengambil satu keputusan dan resiko. Seperti melihat bagaimana seseorang menjadi sukses. Baik suskses dalam bisnis ataupun sukses dalam aspek-aspek yang lain. Goete pernah berkata: “Kehilangan milik tak begitu penting, kehilangan kehormatan adalah celaka, tapi yang lebih celaka adalah kehilangan keberanian”.
Kaitannya dengan pembelajaran yang berbasi lingkungan adalah bahwa pembelajran seperti ini dari beberapa aspek mempunyai kelebihan yang signifikan dibandingkan dengan pembelajaran formal di sekolah. Salah satunya adalah pembelajaran berbasis lingkungan memberikan kebebasan kepada kita untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi yang kita miliki. Entah itu mengambil inspirasi dari orang lain ataupun dari lingkungan kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan sekolah formal yang selalu birokratis. Semuanya terikat dengan peraturan perundang-undangan, baik yang dibuat oleh sekolah maupun dari pemerintah. Adanya peraturan-peraturan dapat mengekang kreativitas siswa dalam mengapresiasikan potensi yang dimiliknya. Sehingga siswa tidak dapat bergerak maksimal untuk lebih kreatif dan inovatif dalm menciptkan kreativitas yang baru.
Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di kelas. Akan tetapi di luar kelas pun pembelajran dapat dilakuakan. Kalau hanya menitikberatkan pada pembelajran di dalam kelas. Maka itu merupakan satu penyempitan dalam makna belajar. Karena hakikat belajar adalah bagaimana bisa mendapatkan sesuatu yang baru. Dan itu tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu, kapan dan dimanapun kita bisa belajar. Baik belajar di kelas ataupun di lingkungan kita.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA