Sabtu, 24 Januari 2009

HARGA SEMBAKO MENCEKIK RAKYAT

Oleh: Muhammad Rajab*
Rasanya ingin menangis, tapi apalah daya kalau hanya sekedar tangisan yang dapat melelahkan saja, tanpa ada satu manfaat dari tangisan tersebut. Namun, tak tahan rasanya menahan air mata yang perlahan membasahi pipi ketika melihat kondisi ekonomi semakin hari semakin ambruk dan harga yang kian meninggi setiap harinya.
Seakan tidak pernah kapok pemerintah menaikkan harga bahan-bahan pokok. Setelah menaikkan harga BBM naik dan gas elpiji. Apakah ini yang dinamakan prorakyat?. Mana para pemimpin yang dulu mengumbar iklan orang-orang miskin tersebut untuk diperhatikan dan disejahterakan hidupnya?. Mana pemimpin yang dulu menjanjikan akan memakmurkan rakyat?.
Janji mereka seakan lenyap ditelan bumi yang tak mungkin muncul kembali ke atas permukaan. Atau ibarat debu yang ada di atas batu licin kemudian diterpa hujan lebat dan angin kencang, maka kemudian hilanglah debu tersebut tanpa ada bekas sedikitpun.
Jika kita sekarang melihat kembali harga bahan-bahan pokok, maka kita akan temukan lonjakan-lonjakan dari hari-hari sebelumnya. Seperti, pada bulan Ramadhan kali ini harga sembako sudah mulai melonjak.
Dalam harian Media Indonesia (1/9) diberitakan, harga bahan pangan di bulan Ramadhan ini naik. Harga beras naik 3,3 persen, gula pasir 0,6 persen, minyak goreng 12,4 persen, Kacang tanah 3,6 persen, cabai merah 6,3 persen, bawang merah 17,9 persen, daging sapi 2,4 persen, daging ayam 12,6 persen dan telur ayam ras 16,4 persen.
Di bulan Ramadhan ini bukannya harga turun, malah naik drastis tak karuan. Di bulan yang kebutuhan akan bahan pokok sangat tinggi seharusnya harga tidak dinaikkan. Sebab jika dinaikkan akan menyusahkan orang-orang yang tidak mampu.
Wong pada hari-hari sebelumnya saja belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal, apalagi setelah harga sembako tersebut dinaikkan. Kenapa ini terjadi?, Kenapa dalam menaikkan harga tersebut tidak memikirkan orang-orang yang tidak mampu?.Yang dipikir hanyalah bagaimana mendapatkan uang sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan orang lemah yang tidak mampu.
Ukuran nilai-nilai sosial mulai merosot dan berubah menjadi ukuran materi. Paham materialisme dan kapitalisme mulai merasuk pada jiwa warga bangsa. Pokoknya mendapatkan uang dilakukan tanpa memikirkan apakah itu dapat memberatkan orang lain atau tidak.
Rakyat mulai tercekik dan tidak berdaya menghadapi kenaikan bahan-bahan pokok tersebut. Apalagi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap alias menganggur. Karena menurut data jumlah pengangguran di yang ada di negeri ini pada tahun 2005 mencapai 11,9 juta orang. Kemudian, sedikit turun menjadi sekitar 10,9 juta orang pada 2006.
Usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut perlu terus ditingkatkan guna mencapai Indonesia yang makmur dan bebas dari kemiskinan. Adapun menurut hemat penulis, salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah memberikan bantuan dan subsidi kepada mereka yang lemah dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya guna membantu mereka dalam meringankan bebannya. Sebab, jika tidak, mereka akan kewalahan disebabkan oleh harga yang semakin melambung tersebut. Selain itu, hendaknya pemerintah lebih banyak membuka lapangan pekerjaan baru, agar yang menganggur dapat kembali bekerja.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA