Sabtu, 24 Januari 2009

DIMENSI SOSIAL PUASA RAMADHAN



Oleh: Muhammad Rajab*
Allah SWT berfirman:
“Seseungguhnya Kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertaqwa.
(QS. Al-Hujurat: 13)
Berusaha untuk memperbaiki diri secara individu itu penting. Membentuk pribadi yang kuat dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri merupakan salah salah satu cerminan dari kesolehan seseorang secara individu. Selain itu, kesolehan seseorang dapat terpancarkan dari perbuatan-perbuatan baik sehari-hari.
Namun, satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah memperbaiki hubungan sosial. Karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu dituntut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Karena antara satu orag dengan orang lain sama-sama saling membutuhkan, sehingga bagaimanapun keadaannya pasti dia bertemu dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Hubungan manusia dengan manusia yang lain tidak akan pernah harmonis tanpa ada kesolehan sosial. Dalam artian bahwa seseorang harus selalu menjaga hubungan baik antarsesama. Walaupun satu hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia adalah adanya perbedaan, baik secara ras, ekonomi ataupun kedudukan.
Bulan Ramadhan merupakan kesempatan baik untuk membangun dan meningkatkan ikatan dan hubungan sosial masyarakat. Sebab berpuasa pada bulan Ramadhan ini tidak hanya dapat membentuk kesolihan (baik) secara individu, namun lebih dari itu berpuasa di bulan Ramadhan ini dapat membentuk dan membangun keshalihan (baik) sosial. Karena dimensi puasa tidak hanya terbatas pada individu, akan tetapi lebih dari itu adalah ada dimensi yang lebih urgen yaitu dimensi sosial.
Adapun beberapa dimensi sosial puasa adalah pertama, pada bulan Ramadhan seluruh ummat Islam diwajibkan untuk berpuasa, tidak memandang apakah dia orang yang kaya atau orang miskin, pejabat atau bukan. Dengan demikian di sini akan terbentuk satu persamaan antarsesama. Dan juga bahwa di sini tidak ada yang membedakan satu sama lain keculi kadar ketakwaannya kepada Allah SWT. Kesetaraan manusia di sisi Allah nampak jelas pada bulan puasa ini.
Kedua, pada saat seluruh ummat Islam melaksanakan puasa pada bulan ramadhan ini, dengan puasa tersebut akan timbul rasa empati yang dalam pada diri mereka untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain (miskin). Sehingga akan timbul rasa simpati kepada mereka dan juga akan terdorong untuk membantu dan menolong orang-orang yang tidak mampu.
“Dan tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam kejahatan dan dosa”
Dengan demikian, hubungan antarsesama akan terus terjalin dan dapat berdiri kokoh jika kita dapat memanfaatkan bulan Ramadhan dengan baik, yaitu dengan memperdalam rasa simpati dan empati serta meningkatkan sifat tolong-menolong antarsesama.
مثل المؤمنين فى توادهم و تراحمهم و تعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى و السهر (الحديث)
“Permisalan orang mukmin dengan mukmin yang lain dalam kecintaan dan kasih saying mereka seperti satu jasad, jika salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan merasakan sakit, dengan penyakit demam dan tidak bisa tidur malam”.
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA