Sabtu, 24 Januari 2009

TELEVISI DAN MORAL BANGSA

Oleh: Muahammad Rajab*
Tidak dapat kita pungkiri bersama, kemajuan teknologi semakin hari semakin pesat, khususnya teknologi informasi seperti televisi, internet dan lain sebagainya. Kemajuan teknologi ini tidak hanya mengubah gaya hidup masyarakat, akan tetapi juga telah mengubah cara pandang dan paradigma masyarakat terhadap segala sesuatu. Semua sendi dalam kehidupan masyarakat telah disentuh oleh teknologi.
Kalau kita mau melihat pada televisi, teknologi ini seakan menjadi teman makan, tidur, curhat dan bahkan bisa menjadi guru bagi kita. Siapa yang dapat memungkiri, mayoritas rumah-rumah khususnya di Malang dan umumnya di Indonesia tidak dapat terhindarkan dari televise. Bagi yang tidak punya televisi dianggap orang yang ketinggalan zaman dan informasi.
Secara objektif televisi sebenarnya dapat memberikan dampak negatif dan dapat pula memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Dampak positifnya misalnya, dengan adanya televisi, kita bisa menonton berbagai macam berita dan informasi di berbagai penjuru denia dengan lebih jelas dibandingkan dengan media cetak. Selain itu, data dan informasi yang kita dapat lebih akurat.
Adapun, satu hal yang terkadang kita kurang menyadarinya, bahwa televisi juga dapat memberikan dampak negatif, khususnya bagi anak-anak. Pengaruh yang dihasilkan televisi terhadap jiwa anak sangat signifikan. Kalau televisi tersebut menayangkan sesuatu hal yang tidak mendidik moral anak, maka perilaku (attitude) anak akan mudah terkontaminasi dengan apa yang dilihat dan disaksikannya di layar kaca.
Dalam ilmu pendidikan terdapat tiga teori dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, yaitu nativisme (teori yang mengatakan bahwa manusia tergantung gen yang dibawa dari orang tuanya), impirisme (teori yang mengatakan bahwa manusia sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan), dan konvergensi (penggabungan antara nativisme dan impirisme).
Dan jika kita lihat juga dalam disiplin ilmu psikologi perkembangan, ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor lingkungan. Akan tetapi yang paling dominan di sini adalah faktor lingkungan. Dalam sebuah hadits dikatakan: “Setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”.
Dan satu hal yang perlu kita ketahui, khususnya bagi orang tua, bahwa seseorang yang masih berada pada masa anak-anak, kecenderungan untuk meniru sesuatu yang dilihatnya sangatlah besar. Moralnya bisa menjadi buruk dan juga bisa menjadi baik tergantung dengan apa yang dilihat dan disaksikan di hadapan matanya. Jika yang dia lihat sehari-harinya adalah sinetron, maka jangan salahkan anak kalau dia seneng pacaran di masa anak-anak. Dan ini jelas membahayakan anak, khususnya bagi pendidikannya. Dengan pacaran, konsentrasi anak akan terganggu, sehingga akan berakibat fatal terhadap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
Rusaknya konsentrasi anak terhadap pendidikan merupakan satu problem besar yang nantinya akan berakibat fatal terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Karena anak adalah generasi penerus yang akan meneruskan perjuangan bangsa ke depan. Di tangannya terdapat tanggung jawab untuk meneruskan para pendahulunya dalam mengembangkan dan memajukan bangsa. Mana mungkin bisa memajukan bangsa kalau moral dan pendidikannya rendah?.
Oleh karena itu, para orang tua hendaknya dapat mengontrol anak di dalam rumahnya, khususnya ketika dia menonton televisi. Sebab, tayangan-tayangan yang ada saat ini mayoritas tayangan-tayangan yang tidak mendidik, seperti sinetron, film horor dan tayangan yang tidak mendidik lainnya. Mengontrol dalam artian bukan berarti melarang anak, akan tetapi meluruskan apa yang dikerjakan dan dilihat anak di telivisi. Sebab, jika anak dilarang untuk berbuat sesuatu, sepeerti dengan mengatakan kata-kata “jangan”, ini akan mengedonkan mental dan psikis anak.
Selain itu, para orang tua juga hendaknya pandai-pandai memberikan pengarahan dan pemahaman terhadap anaknya, bahwa televisi bukanlah satu hal yang seharusnya dia tonton setiap hari. Akan tetapi bagaimana si orang tua dapat memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya pendidikan. Karena penyadaran yang diberikan orang tua kepada anaknya lebih efektif dibandingkan dengan memberikan larangan kepada anak untuk melakukan suatu perbuatan. Dengan kesadaran tersebut diharapkan anak berbuat sesuatu atas kesadaran dirinya dan bukan karena pakasaan dari orang tua.
Jika anak dapat terhindar dari bahaya televisi, yang sering sekali menampilkan film-film tak mendidik dan tidak mencerminkan nilai-nilai kepribadian bangsa, seperti sinetron, film mistis dan semacamnya, maka moral anak secara otomatis akan terhindar dari penetrasi moral dan budaya barat yang sengaja diselipkan dalam tayangan-tayangan televisi dan tidak mencerminkan nilai-nilai kesopanan sebagaimana yang telah menjadi junjungan bangsa Indonesia. Sehingga dari itu diharapkan dapat membentuk dan memperbaiki moral bangsa yang hari ini masih terpuruk.

*Penulis adalah Aktivis Forum Studi Islam FAI dan Reporter BESTARI UMM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA