Sabtu, 24 Januari 2009

KETIKA BANGSA TIDAK LAGI HUMANIS

Oleh: Muhammad Rajab*
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak pernah terlepas dari bantuan dan pertolongan orang lain. Atas dasar ini, ia dituntut untuk selalu menjaring banyak relasi terhadap orang lain. Baik dalam bisnis, politik, ekonomi, pendidikan dan seluruh aspek kehidupan.
Humanitas merupakan salah satu cara agar seseorang dapat bekerja sama dan tolong-menolong dengan orang lain. Tanpa berkekal humanitas kita tidak akan bisa menjalin hubungan baik dengan orang lain. Karena di dalam humanitas tersebut terdapat nilai-nilai kemanusiaan dan moral yang selalu menjadi sorotan di muka orang lain. Dengan nilai-nilai tersebut orang lain akan tertarik dan selalu ingin menolong dan bekerja sama dengan kita.
Adapun nilai-nilai humanitas tersebut adalah pertama, menghormati dan menghargai orang lain. Ini merupakan sifat dasar dari seorang yang humanis, ia selalu berusaha untuk menghormati orang lain, baik yang terkait dengan perbedaan pendapat, maupun menghormatinya di setiap gerak dan aktivitasnya. Dalam artian bahwa kita tidak boleh sembarangan dalam bertindak tanpa melihat bagaimana orang lain melihat tindakan kita. Kalau tidandakan tersebut bisa merugikan dan mengganggu ketenangan orang lain maka hendaknya dihentikan.
Kedua, Memperhatikan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di dalam satu komunitas atau masyarakat. Orang yang humanis tidak akan bertindak gegabah dan seenaknya sendiri di tengah-tengah masyarakat. Ia akan selalu memperhatikan dan mempertimbangkannya terlebih dahulu apakah perbuatannya tersebut bertentangan atau berlawanan dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Ketiga, Lebih mendahulukan orang lain dari pada dirinya. Sifat seperti susah kita temukan, karena orang yang mempunyai sifat seperti ini sangat langka, apalagi di era modern yang sudah tidak memperhatikan lagi nilai-nilai sebuah kebersamaan (social value).
Terkait dengan nilai-nilai humanitas tersebut sebenarnya Islam sudah mengajarkan kepada kita melalu Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Bagaimana Umar bin Khattab ra. Mengangkat gandum dengan pundaknya sendiri hanya untuk memberikannya kepada salah seorang rakyatnya yang kelaparan saat itu. Selain itu, ketika kaum muhajirin hijrah ke Madinah, kemudian kaum Anshor menyambutnya dengan senang hati dan penuh perhatian, mereka memberikan separoh hartanya kepada kaum muhajirin, bahkan sampai pada istrinya pun kalau mereka akan berikan.
Nah, sekarang bagaimana dengan kondisi bangsa saat ini?, Sudahkah ada nilai-nilai humanitas tersebut pada setiap anak bangsa dan para pembesar-pembesar yang duduk enak di kursi sofa dalam ruangan AC tersebut? Pernahkah para pembesar kita memikirkan kondisi rakyat yang semakin hari semakin terpuruk?, Pernahkah terbesit dalam diri pemimpin kita untuk berusaha semaksimal mungkin meniru Umar bin Khattab dalam melayani rakyatnya?
Beberapa pertanyaan tersbut kalau kita jawab dengan jujur, maka kita akan mengelus hati dan menangis melihat realitas yang terjadi saat ini. Rakyat miskin semakin hari semakin meningkat. Apalagi ditambah dengan naiknya bahan-bahan pokok dan anaiknya BBM serta gas Elpiji. Kondisi rakyat, khususnya rakyat miskin semakin mengkhawatirkan.
Sebulan yang lalu pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 30 persen. Kemudian atas dasar tersebut pemerintah menyarankan kepada penduduk Indonesia untuk beralih dari penggunaan kompor minyak tanah ke gas elpiji, karena dianggap relative lebih murah dibandingkan dengan menggunakan kompor minyak. Tak lama berjalan penggunaan elpiji di sebagian kalangan masyarakat, baru-baru ini harga elpiji dinaikkan lagi sebanyak 17 persen. Dari yang harga sebelum kenaikan 56 ribu pertabung yang kapasitasnya 13 kilogram menjadi 63 ribu pertabungnya. Bahkan, di sebagian pengecer ada yang berani menjual gas elpiji lebih besar dari kebijakan yang sudah ditetapkan tersebut.
Kenaikan harga Elpiji tersebut menjadikan masyarakat semakin hari semakin tertekan dan tak mampu mengimbangi arus naiknya harga tersebut. Apalagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka tak dapat jalan lagi untuk keluar dari problem seperti ini.
BLT yang dicanangkan pemerintah hingga saat ini masih belum menyeluruh dan belum terbagi rata terhadap masyarakat miskin. Kalaupun dapat bantuan BLT, belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kondisi mereka semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Apakah ini yang dinamakan humanis?. Bangsa yang dulu terkenal dengan sopan santun yang bagus dan selalu menghormati orang lain tak lagi kita temukan, walaupun ada paling hanya sebagian kecil saja.
Akibat ketidakhumanisan pemerintah terhadap rakyatnya tersebut muncul berbagai macam permasalahan dan problem-problem baru yang tentunya tidak kita inginkan. Para mahasiswa melakukan demontrasi. Selain itu juga muncul juga bentrokan-bentrokan antara rakyat dengan pemerintah. Ini akan mengakibatkan martabat bangsa ini anjlok di hadapan bangsa lain.
Dengan realitas yang ada tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak mampu menangani msalah-masalah yang menimpa bangsa. Akibatnya bukan hanya Negara yang rugi tapi rakyat sebagai warga Negara pun ikut mencicipi dampak negatirnya.
Permasalahan-permasalahan semacam ini akan terus berkembang dan tumbuh subur jika tidak ada penanganan serius dari pemerintah yang mempunyai wewenang dan otoritas tertinggi di Negara ini. Maka supaya permasalah-permasalahan, tindakan anrkis dan bentrokan antara rakyat dengan pemerintah tidak lagi terjadi di Negara tercinta ini perlu ada pelestarian nilai-nilai humanitas bangsa.
Pemerintah yang duduk di atas harus pro rakyat dan harus memperhatikan permasalahan-permasalahan yang sedang menimpa rakyat. Jika tidak maka kasus kemiskinan, busung lapar dan berbagai macam problem lainnya tidak akan pernah terselesaikan hingga SBY pun lengser dari jabatannya.

*Penulis adalah Aktivis Forum Kajian Studi Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (FORSIFA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kOMENTAR ANDA